Monday, November 23, 2015

Debat Kandidat (Pengaruhka?)

Menyimak Siaran Ulang Debat Kandidat PILKADA Bulukumba :
Mungkin ada yg merasa Belum Ada LOMPATAN pemikiran dari Semua Paslon, Penuturan Normatif dan cenderung Argumentatif tapi tidak subtantif banyak menghiasi pengaruh debat.

Betapa dengan nyata kita melihat penguasaan mengenai ekonomi makro yang masih pada tahapan pernah dengar,bukan pada tahapan Memahami dan mengetahui langkah apa yang bisa dilakukan. Ambil saja contoh ketika salah satu paslon menyebut mengenai pertumbuhan ekonomi,jika benar paslon menyakini bahwa teori pertumbuhan itu ada maka tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa ada pertumbuhan dibarengi dengan peningkatan pengangguran,jika benar itu terjadi maka dipastikan bahwa pertumbuhan itu pasti sifatnya semu,sebenarnya mengenal ciri pertumbuhan semu seperti ini tidak susah,jika pertumbuhan dibarengi dengan tingkat inflasi yang tinggi pula maka dipastikan pertumbuhan ini tidak berkualitas dan jangan MIMPI membuahkan lapangan kerja. Namun justru forum lebih tertarik membahas ekonomi tradisional yg memang sudah jalan dari jauh-jauh hari. Pembangunan struktur ekonomi daerah tidak akan pernah kokoh jika pemberlakuan sistemik ekonomi yang tidak memihak. Dimana masyarakat dipaksa produktif tapi sangat kurang intervensi positif dari pemerintah yang mengarahkannya untuk mendapat nilai tambah (Value Added) dari upayanya. Bukankah ciri ekonomi seperti ini sangat kental dirasakan pada awal revolusi industri dimana manusia bahkan ditempatkan sebagai mesin produksi,mereka diposisikan sebagai objek pembangunan bukan subjek pembangunan.

Sy mau ambil contoh di sektor kelautan,peningkatan produksi rumput laut yang berlipat sebagai konsekwensi logis dari pemberlakuan intensifikasi budidaya justru tidak datang menjadi berkah. Tiba-tiba produk mereka dinilai dengan sangat rendah, rumput laut mereka yang awalnya berharga sekitar  Rp.14.000 an / Kg jeblok ke angka Rp.6.000/kg. Lalu pertanyaan lanjutannya adalah untuk apa upaya peningkatan produksi?. Kondisi seperti ini juga terjadi di sektor lain dimana ketika panen melimpah harga pun menjadi sangat tidak bersahabat.

Lantunan bait-bait surga mengenai kekayaan alam daerah Bulukumba juga sangat banyak menghiasi telinga,padahal doktrinase seperti ini sudah selayaknya ditinggalkan. Jika kita mengingat kebelakang guru dan orang tua kita memang sangat doyan bercerita mengenai kekayaan sumberdaya,padahal secara alami buaian ini meracuni alam bawah sadar kita dan berangsur-angsur menggerus etos kerja kita. Berbeda dengan dongeng yang diceritakan oleh guru dan orang tua di Jepang,sewaktu kecil mereka sudah di doktrin bahwa negara mereka adalah negara miskin, dan satu-satunya harapan untuk membuat negara mereka kaya adalah kecerdasan dan kreatifitas anak-anaknya. Doktrin positif ini sangat berbekas sehingga karakter mereka terbentuk. Mengenai karakter ini salah satu paslon juga menyebutkannya. Namun jika melihat hasilnya sekarang diantara dua negara yang kami sebutkan yang mana paling kaya?, apakah negara yang doyan menceritakan kepada anak-anaknya bahwna negara kita kaya atau justru mereka yang di doktrin bahwa negaranya miskin?.

Namun secara keseluruhan debat ini tentu mencerahkan kita,karena mestinya kita sudah bisa menaksir wawasan dan ketulusan masing-masing paslon. Susah memang mengurainya dengan kata,karena alat untuk memilih mestinya dengan HATI/HEARTH. Dan anda tau jika kita berbicara hati pasti tidak bisa berakhir karena defenisi tentang hati memang belum tuntas hingga kini.