Sunday, April 28, 2024

KOLABORASI DUA SEKTOR MENDONGKRAK KETAHANAN PANGAN

 


Sektor kelautan dan perikanan dan sektor pertanian merupakan sektor serumpun yang saling terkait. Kedua sektor ini memang awalnya dianggap satu sektor namun seiring dengan perubahan kebijakan kedua urusan ini dipisahkan agar kebijakan pemerintah fokus untuk meningkatkan urusan masing-masing, meskipun dalam perhitungan domestik bruto masih menggabung kedua sektor ini dalam sektor pertanian. Kedua sektor ini sangat berperan dalam menjaga ketahanan pangan dan menjamin gizi masyarakat sehingga langkah kebijakan keduanya harus selalu saling terintegrasi.

Salah satu bentuk kolaborasi yang terlaksana dilapangan adalah pemanfaatan embung untuk budidaya perikanan air tawar. Embung atau cekungan penampung (retention basin) adalah cekungan yang digunakan untuk mengatur dan menampung suplai aliran air hujan serta untuk meningkatkan kualitas air di badan air yang terkait (sungai, danau).Embung digunakan untuk menjaga kualitas air tanah, mencegah banjir, estetika,hingga pengairan. Embung menampung air hujan di musim hujan dan lalu digunakan petani untuk mengairi lahan di musim kemarau.

Di bontotanga Kecamatan Bontotiro dibawah suluhan Amiruddin (penyuluh perikanan) embung kemudian disulap menjadi kolam pemeliharaan ikan tanpa mengurangi fungsinya sebagai embung. Ikan nila yang dijadikan sebagai komoditas peliharaan selama satu tahun belakangan sudah mampu memenuhi kebutuhan konsumsi kelompok perikanan Pokdakan Pariya. Pokdakan pariya ini sudah terbentuk tahun 2015 namun untuk pemanfaatan embung ini baru dilaksanakan satu tahun terakhir.

Namun selama satu tahun berbudidaya Pokdakan pariya bukan berarti tidak mengalami kendala. Beberapa kendala yang dihadapi diantaranya susahnya pemenuhan pakan dan pola pemeliharaannya masih tradisional sehingga produktivitas tergolong rendah. Namun demikian, dibawah suluhan Amiruddin, pokdakan ini mulai memanfaatkan beberapa sumber pakan lokal seperti penggunaan daun pepaya dan tanaman-tanaman air serta dan ikan-ikan rucah, selain itu Amiruddin getol memberi arahan budidaya yang baik, terutama dalam manajemen bibit, manajemen pakan dan manajemen kolam. Karena kolam punya ambang batas terhadap kemampuan budidaya untuk itu perlu dikelola.


Tuesday, April 23, 2024

SUB SEKTOR PERIKANAN TANGKAP TERUS MENGGELIAT

 


Aktivitas penangkapan ikan dilaut sudah berlangsung sangat lama, bahkan banyak dari pengamat perikanan yang berpandangan bahwa tangkapan ikan dilaut suatu saat akan semakin menurun akibat semakin massivenya eskploitasi sumberdaya perikanan tangkap. Namun kondisi ini tidak terjadi di Kabupaten Bulukumba. Profesi penangkapan ikan konsisten tetap tumbuh dari tahun ke tahun, ini juga bisa dilihat dari konsistensi peningkatan produksi selama lima tahun terakhir yang terus tumbuh dan kini mencapai sekitar 54 ribu ton.

 

Dalam rentan waktu satu bulan ini saja nelayan yang melapor ke Dinas Perikanan terkait penambahan armada kapal perikanan sebesar tiga unit. Armada ini memiliki tonase yang cukup besar yaitu tonase diatas 30 GT. Penambahan kapal perikanan yang terdeteksi ini baru dari pemilik kapal besar sedangkan pemilik perahu atau kapal kecil terkadang tidak terdeteksi karena nelayan jarang yang melapor ke dinas.

 


Pada hari senin 22 april 2024 nelayan asal Tanuntung Kecamatan Herlang melaksanakan ritual Anyorong Lopi (Peluncuran Perahu). Peluncuran perahu ini dihadiri oleh ratusan warga sekitar. Tradisi anyorong lopi memang merupakan salah satu momen sakral karena pada saat momen ini tetuah memanjatkan doa kepada yang Maha Kuasa agar kapal yang diluncurkan ini nantinya berkah dan selamat dalam mengarungi lautan.



Adapun kapal yang diluncurkan diberi nama “Cahaya Maria” yang merupakan milik dari Bapak Cahiruddin yang juga sekaligus Ketua Kelompok Perikanan “Allorang Jaya 1”.  Menurut penyuluh perikanan Nafriwati Dahlan Bapak Cahiruddin ini memiliki tiga unit kapal yaitu Cahaya Maria 01, Cahaya Maria 02 dan yang diluncurkan baru-baru ini diberi nama Cahaya Maria 03. Ketiga kapal milik Pak Cahiruddin ini semuanya bertonase diatas 30 GT atau lebih tepatnya sekitar 40 GT.

Adapun hasil tangkapan rata-rata sekali melaut dari kapal Cahaya Maria ini adalah sekitar 40 gabus dengan rincian rata-rata per trip 25 gabus ikan layang dengan harga berkisar Rp.1.300.000/gabus, 10 gabus ikan “loka-loka (tongkol) dengan harga Rp.900.000/gabus dan 5 gabus ikan cupili (bahasa lokal) dengan harga rerata Rp.350.000/gabus. Adapun total penangkapan bisa mencapai Rp.43.250.000 sekali trip. Namun yang perlu jadi catatan bahwa hasil sebesar itu didapatkan pada saat musim panen, jika saat mucim paceklik bisa jatuh ke separuh dari penghasilsan yang disebutkan tadi bahkan bisa juga tidak ada sama sekali.

Adapun metode penangkapan yang dilakukan oleh kelompok nelayan ini adalah penangkapan ikan dengan purseiner dengan menggunakan alat bantu rumpon. Jumlah rumpon yang dimiliki sekarang adalah 25 unit. Menurut pak cahiruddin rumpon sangat penting dalam mendukung besarnya hasil tangkapan. Oleh karena itu pula Dinas Perikanan Bulukumba sangat konsen terhadap pengadaan rumpon karena rumpon ini befungsi untuk mengumpulkan ikan sehingga mudah ditangkap oleh nelayan

Sunday, April 21, 2024

DIMANA ADA AIR DISITU ADA IKAN

 



Untuk memaksimalkan potensi lahan di sekitar kita, maka berbagai upaya perlu dilakukan untuk memanfaatkan lahan tersebut. Pemanfaatan lahan ini sangat berkontrbusi terhadap peningkatan pendapatan masyarakat.

Salah satu lahan yang selama ini abai dimanfaatkan adalah lahan genangan air, dibanyak tempat genangan air ini jarang dimanfaatkan sehingga cenderung justru menjadi sarang berkembang biaknya bibit nyamuk. Padahal jika melihat potensi genangan air sekecil apapun bisa dimanfaatkan untuk budidaya ikan. Budidaya digenangan air tentu diperlukan selektivitas jenis ikan, jika genangannya berlumpur bisa menggunakan ikan gabus ataupun ikan betook. Jika Genangannya agak luas maka bisa menggunakan ikan nila ataupun ikan lele.

Dengan termanfaatkannya lahan secara maksimal untuk budidaya ikan, maka tidak hanya berpotensi untuk meningkatkan pendapatan namun juga untuk memenuhi kebutuhan protein masyarakat dan bahkan bisa berkontribusi terhadap pencegahan stunting.

Rupanya prinsip “ Dimana Ada Air disitu Ada Ikan” ini sudah diterapkan dengan baik oleh Masyarakat Dusun Bonto Suka Desa Bontotanga Kecamatan Bontotiro. Dibawah bimbingan penyuluh perikanan Bapak Amiruddin masyarakat desa ini memanfaatkan ChekDam untuk memelihara ikan, aktivitas memelihara ikan di chekdam sama sekali tidak menganggu sistem irigasi pertanian karena hanya memakai air dan tidak mengurangi debit air yang mengalir ke areal persawahan.

Lahan budidaya ini seluas 5 x 7 meter, dengan komoditas budidaya adalah ikan nila. Menurut masyarakat setempat ikan budidaya tumbuh sangat cepat karena sumber mata air begitu besar sehingga air mengalir secara terus menerus ditambah lagi dengan tambahan pakan pellet yang diberikan. Selain itu penebaran ikan hanya dilakukan sekali dan sudah bertahun-tahun ikannya diambil namun ikan di lahan budidaya ini tetap berkembang pesat. Hal ini karena ikan jenis nila memang dapat berkembang biak sendiri meski tidak dilakukan pemijahan buatan.

Ikan nila yang dibudidayakan saat ini baru untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, namun kedepan pembudidaya berencana untuk menjualnya ke pasaran. Namun demikian menurut penyuluh perikanan Amiruddin untuk naik kelas ke budidaya komersil masyarakat ini harus mengubah dulu pola budidayanya, seperti pemisahan ikan besar dan kecil termasuk pemisahan jantan dan betina. Selain itu proses berkembang biak ikan ini tidak bisa dibiarkan dalam satu kolam karena akan terjadi perkawinan sedarah (inbreeding). Kualitas bibit hasil inbreeading tidak berkualitas tutup amiruddin dalam wawancaranya.

Wednesday, March 13, 2024

Peluang Usaha Budidaya Lobster Air Tawar di Bulukumba





Lobster air tawar merupakan salah satu komoditas ekonomis di sektor perikanan, lobster ini bahkan digadang-gadang untuk menggantikan eksistensi lobster air laut yang saat ini sudah mulai langka. Keunggulan lobster air tawar ini adalah mudah dibudidayakan meskipun hanya dibudidayakan di areal  sempit bahkan bisa dibudidayakan di akuarium dan kolam terpal sehingga banyak pembudidaya yang memeliharanya di dalam rumah.

Harga lobster air tawar konsumsi berkisar 100- 200 ribuan per kilo dan masa pemeliharaan adalah 6 - 8 bulan dengan bobot rerata 100 gram keatas. Dengan tingginya harga ini maka usaha budidaya lobster sangat menjanjikan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Bahkan untuk indukan harga lobster lebih mahal lagi yaitu berkisar 1 juta rupiah untuk 1 paket indukan.

Menurut penyuluh perikanan Bapak Tajuddin salah satu pembudidaya lobster air tawar yang cukup sukses di Kecamatan Ujung Bulu adalah Amrullah. Bapak Amrullah ini sudah membudidayakan lobster sekitar 5 tahunan dan saat ini sudah memiliki 30 kolam pembesaran. Adapun produksinya saat ini difokuskan untuk penjualan indukan karena permintaan indukan masih sangat tinggi, sementara untuk permintaan konsumsi belum begitu dilayani karena produksi lobster masih sangat terbatas. Dengan melihat situasi usaha lobster di Bulukumba ini sebenarnya merupakan peluang bisnis yang sangat menjanjikan tambah Pak Taju sapaan akrab dari penyuluh perikanan.  

Usaha Bapak Amrullah ini juga sudah mendapat perizinan berusaha berbasis risiko dari OSS pada tanggal 26 Agustus 2022, untuk masyarakat yang tertarik berbudidaya lobster bisa menghubungi pak amrullah melalui telepon 085 299 977 097. 



Monday, February 5, 2024

Minister Trenggono: Maritime and Fisheries Investment Reaches IDR 9.56 Trillion


The Ministry of Maritime Affairs and Fisheries (KKP) recorded that investment realization in the marine and fisheries sector reached IDR 9.56 trillion by the third quarter of 2023. Minister of Maritime Affairs and Fisheries (KKP), Wahyu Sakti Trenggono, revealed that the total investment of IDR 9.56 consists of domestic investment (PMDN) of IDR 5.32 trillion, foreign investment (PMA) of IDR 1.4 trillion and investment credit of IDR 2.84 trillion. trillion. "The largest FDI realization from China reached IDR 370.74 billion, followed by Malaysia IDR 240.47 billion, and Switzerland IDR 152 billion," said Trenggono at the Indonesia Marine and Fisheries Business Forum 2024, Monday (5/2/2024).

Then according to business sector, fish processing is in first place with an investment value of IDR 3.65 trillion, fisheries cultivation IDR 2.6 trillion, marketing IDR 1.95 trillion, fishing IDR 1.18 trillion, and fisheries services IDR 186 billion. Meanwhile, the Ministry of Maritime Affairs and Fisheries, in ensuring sustainable development of the marine and fisheries sector, has implemented five blue economy policy directions including large marine conservation areas, quota-based measurable fishing, sustainable development of coastal and inland marine aquaculture, supervision and control of coasts and small islands, and cleaning up plastic waste in the sea. In order to meet the availability of protein without reducing fish stocks in the sea, KKP is committed to encouraging the aquaculture sector to become a prime mover to provide the need for consumption fish, namely through modeling development in 5 commodities with high commodity value, namely shrimp, seaweed, tilapia, lobster and crab. So far,

KKP has established area-based shrimp cultivation in Kebumen, saline tilapia cultivation in Karawang, seaweed cultivation in Wakatobi, and lobster cultivation in Batam. Trenggono also plans to build a modern shrimp pond in Waingapu, NTT with an investment value of IDR 7.8 trillion. Closing his remarks, Trenggono invited ambassador representatives to invest in Indonesia. He stated that the Indonesian government is committed to providing easy licensing, incentives, security and stability of the political climate, as well as connectivity for skilled human resources as workers. "We hope that this investment opportunity can be utilized as widely as possible by all investors to jointly contribute to realizing an advanced, resilient, sustainable and highly competitive Indonesian marine fisheries industry," he said.

Sunday, February 4, 2024

JUTSUKA Produk UMKM Perikanan Terbang Bersama GARUDA


 

Dalam rangka memeriahkan ulang tahun Garuda Indonesia yang ke-75, maskapai ini menggandeng UMKM lokal dari Pemerintah Kabupaten Bulukumba dan Kabupaten Maros. Maskapai Garuda Indonesia membagikan bingkisan produk UMKM lokal kepada para penumpang dengan nomor penerbangan GA-613 dengan rute Makassar - Jakarta. Produk UMKM dari Kabupaten Bulukumba beruba Ikan Kering Higienis kemasan dari JUTSUKA. Jutsuka memang sudah lama dikenal sebagai salah satu produsen ikan olahan serba ikan dan sudah memperoleh sertifikasi Halal dan GMP (Good Manufacturing Practice) dari KKP. Bahkan produk Jutsuka ini sudah dipasarkan sampai mancanegara yaitu Malaysia. 

Adapun produk JUTSUKA yang dipesan oleh Maskapai Garuda Indonesia pada event kali ini adalah  Ikan kering asin Jutsuka volume produk yang diserap selama periode Ulang Tahun garuda untuk sementara 50 pcs @200 gram/pcs. Sementara produk UMKM dari Kabupaten Maros adalah Abon ikan bandeng merk Mega Abon.

Kerjasama lanjutan setelah ini.

Jutsuka berharap terjalin Kerjasama lanjutan antara Pemkab Bulukumba dan Garuda Indonesia setelah rangkaian HUT Garuda Indonesia ke-75 karena memiliki potensi besar untuk meningkatkan sektor pariwisata, ekonomi dan UMKM di Bulukumba. Fasilitasi oleh Pemkab Bulukumba akan mempermudah terjalinnya kerjasama yang lebih baik dan menguntungkan kedua belah pihak. Yang Jutsuka lihat beberapa potensi Kerjasama antara lain :

1.   Promosi Wisata. Garuda Indonesia dapat menawarkan paket wisata yang terintegrasi dengan penerbangan ke Makassar dan tujuan ke Bulukumba, termasuk akomodasi, transportasi lokal, dan atraksi wisata.

2. Pengembangan UMKM. Garuda Indonesia dapat membantu memasarkan produk UMKM Bulukumba di dalam dan luar negeri melalui jaringan dan platformnya.

3.  Pelatihan SDM. Garuda Indonesia dapat bekerja sama dengan Pemkab Bulukumba dalam menyediakan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan SDM di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif.

4.  Garuda Indonesia dapat melaksanakan program CSR di Bulukumba dalam bidang pendidikan, kesehatan, atau lingkungan.

 

Outlet pemasaran Jutsuka saat ini 

Offline :

Swalayan Gelael Makassar : Jl. Sultan Hasanuddin Nomor 16. Makassar

Swalayan Berkah : Jl. Boulevard No  F37-42, Panakkukang- Makassar

Toko eRDe-M : Jl. RSI Faisal XIV Nomor 2 Banta-bantaeng- Makassar

Beberapa swalayan dan toko di Makassar sedang progress kerjasama yang menjadi target seperti Toko Satu Sama, Lotte Mart

Rumah oleh-oleh Grand 99 (Jl. Poros Bira – Tanah Beru, Bulukumba)

Online :

Shopee, Tokopedia, Blibli, Facebook dan Instagram

 

Beberapa agen juga menggunakan produk dari Jutsuka untuk di pasarkan di Malaysia melalui TKI yang bekerja disana.

Friday, February 2, 2024

Perusahaan satelit di Inggris didesak menghentikan penyediaan data GPS untuk perikanan


Lebih dari 100 kelompok konservasi laut, ilmuwan dan anggota parlemen global telah meminta Iridium Satellite UK Ltd untuk berhenti mengambil keuntungan dari penangkapan ikan tuna yang berlebihan. Tujuh anggota parlemen senior, termasuk Baroness Jones dari Moulsecoomb dan anggota parlemen Martyn Day, juga telah menandatangani komunikasi tersebut, dengan aktivis lingkungan dan penyiar Chris Packham, Hugh Fearnley-Whittingstall dan Amanda Holden juga bergabung dalam kampanye tersebut.

Surat koalisi tersebut menyatakan bahwa penangkapan ikan tuna skala industri yang tidak berkelanjutan di Samudera Hindia disebabkan oleh perusahaan satelit yang menyediakan data GPS kepada perusahaan perikanan Eropa.

Dicatat bahwa Iridium menyediakan penjualan, pemasaran, dan dukungan teknis kepada pelanggan di wilayah sekitar Samudera Hindia di mana populasi tuna sirip kuning sedang menurun dan menuju kepunahan. Selain itu, mereka juga telah memasok “puluhan ribu perangkat data short-burst yang dilacak GPS yang digunakan oleh perikanan komersial untuk memantau ikan di wilayah lautan yang luas – memungkinkan mereka untuk menangkap ikan tuna remaja ikan kuning dan spesies terancam lainnya secara berlebihan”.

Surat tersebut meminta Iridium untuk menghentikan penyediaan pelacakan real-time melalui layanan data jangka pendeknya kepada industri perikanan tuna di Samudera Hindia.

Packham, seorang presenter TV satwa liar, aktivis konservasi dan aktivis, mengatakan: “Ada sesuatu yang menyedihkan sekaligus menyeramkan tentang penemuan dan penerapan perangkat ini. Sedih karena mereka memperburuk laju penurunan populasi ikan yang semakin langka, dan menjadi mengerikan karena mereka hanyut tanpa terlihat di lautan yang jauh dengan dalih memberikan perlindungan dan kelonggaran bagi kehidupan laut. Faktanya, hal-hal tersebut adalah jebakan berbahaya yang dibuat oleh industri serakah dan tidak ramah lingkungan yang bertekad untuk memaksimalkan keuntungan dibandingkan melindungi ekosistem ini. Terombang-ambing di luar sana, ombak yang tenang di atas pelampung, terapung di lautan biru yang luas namun dihubungkan oleh semburan teknologi yang cerdik namun berbahaya yang menyebabkan pembantaian. Semuanya sangat Skynet, baik dalam Sci-Fi maupun dalam arti sebenarnya. Dan ironisnya hal ini difasilitasi dengan bangga oleh perusahaan. 

Penyiar dan Juru Kampanye Fearnley-Whittingstall mengatakan dia terkejut mengetahui bahwa Iridium, melalui jaringan satelit orbit rendah bumi, mendukung kegiatan penangkapan ikan komersial yang tidak berkelanjutan di Samudera Hindia, dengan data yang mengarah pada “musnahnya hiu, penyu, dan penyu yang terancam punah. populasi paus dan lumba-lumba”.

Dia mengatakan, “Perangkat elektronik Iridium tidak boleh berada di laut karena mereka berkontribusi terhadap limbah elektronik beracun dan polusi plastik yang menghancurkan ribuan mil terumbu karang, padang lamun, dan pantai di sepanjang garis pantai Samudera Hindia. Selain itu, operasi penangkapan ikan industri ini mencuri ikan dari komunitas miskin di Afrika, sehingga Iridium juga terlibat di dalamnya. Tolong, Iridium, patuhi saja komitmen lingkungan terpuji Anda seperti yang diposting di situs web Anda, daripada melontarkan olok-olok munafik atas kepedulian Anda terhadap masa depan lautan kita.”

Yang merupakan anggota parlemen dari Partai Nasional Skotlandia untuk Linlithgow dan East Falkirk, mengatakan Iridium terbukti bertindak tidak bertanggung jawab dan menjadi penyebab penangkapan ikan berlebihan dan polusi plastik kotor yang tidak berkelanjutan di Samudera Hindia, meskipun ada klaim lingkungan hidup yang tinggi atas hal tersebut. situs web.

“Hal yang juga mengejutkan adalah bahwa ruang orbit rendah adalah zona bebas bagi semua orang tanpa hukum, di mana apa pun bisa terjadi, dan di mana perusahaan satelit dapat melalaikan tanggung jawab perusahaan, lingkungan, dan sosial mereka,” katanya, seraya menambahkan bahwa pemerintah Inggris harus melakukan hal yang sama. turun tangan untuk mengatur tindakan Iridium yang tidak berkelanjutan.

Profesor Konservasi Laut Callum Roberts dari Pusat Ekologi dan Konservasi Universitas Exeter menyatakan bahwa: “Hanya dalam beberapa dekade, penggunaan alat pengumpul ikan yang dilacak oleh satelit telah secara besar-besaran mempercepat penjarahan ikan di lautan terbuka, menimbulkan kerusakan besar pada satwa liar dan satwa liar. habitat. Jika eksploitasi destruktif serupa terjadi di darat, maka akan ada desakan untuk segera melarang praktik tersebut.”

Dia berkata: “Mereka sudah terlalu lama menutup mata terhadap penangkapan ikan berlebihan yang tidak berkelanjutan, dan meraup keuntungan besar karena ekosistem yang rapuh hancur dan populasi hiu, pari, penyu, dan cetacea yang terancam punah dihancurkan oleh kapal tuna Eropa yang mengandalkan layanan data satelit untuk kebutuhan mereka. menjarah."


Wednesday, January 31, 2024

The results of the Global Initiative ATOC study regarding IUUF were misjudged


The Ministry of Maritime Affairs and Fisheries (KKP) said the results of a study by the independent organizations Global Initiative ATOC and Poseidon which placed Indonesia in the top six worst countries in the world in handling IUUF were misjudged.

“This is a misjudgment. "Minister of Maritime Affairs and Fisheries Sakti Wahyu Trenggono is very concerned about perpetrators of illegal, unreported and unregulated fishing (IUUF/illegal, unreported and non-compliant fishing)," said the Director General of Marine and Fishery Resources Supervision (Dirjen PSDKP) KKP Rear Admiral TNI Adin Nurawaluddin when confirmed by ANTARA from Jakarta, Tuesday.

In fact, he continued, the KKP plans to increase technology-based surveillance by developing nanosatellites and strengthening surveillance vessels.

In the future, his party will continue to maximize monitoring of marine and fisheries resources using satellites and technology in combating IUUF.

"We are maximizing monitoring with satellites and VMS, maximizing the operation of surveillance vessels and air patrols (Air Surveillance), especially in border areas," he said.

In 2023, he continued, the KKP has increased its supervisory powers through the addition of four ships consisting of two units donated from Japan, namely the Monitoring Ships (KP) Orca 05 and KP Orca 06 as well as the addition of two domestically built ships plus two Rapid Reaction Units in the form of speedboat with a high speed of 57 knots.

"So PSDKP's current strength has 34 marine and fisheries monitoring vessels," he said.

The role of the community, he added, is also involved through Community Supervisory Groups (Pokmawas) of 1,345 groups throughout Indonesia as an extension in carrying out supervision in the maritime and fisheries sector.

In a webinar entitled IUUF Risk Index: Indonesia on the Global Fisheries Map, Indonesian Destructive Fishing Watch (DFW) Research Manager Felicia Nugroho revealed that based on studies by the Global Initiative ATOC and Poseidon, Indonesia was ranked in the top six worst countries in the world in handling IUUF.

"Indonesia's performance compared to other countries for 2023, Indonesia is in the top six worst countries in the world (handling IUUF) with a score of 2.89. "Under China, Russia, Yemen and Iran," said Feli.



Ministry of Maritime Affairs and Fisheries Develops International Class Fisheries Quality Assurance System

 

The Ministry of Maritime Affairs and Fisheries (KKP) continues to strive to ensure that Indonesia's quality and safety assurance system for marine and fisheries products (SJMKHKP) is of international class and on par with developed countries.

 One effort was made by collaborating with the United Nations Industrial Development Organization (UNIDO), implementing SJMHKP upstream and downstream for fishery products and commodities that meets international parameters and standards.

"In order for our products to be on par, of course our quality assurance system must be recognized that its implementation is equivalent to that adopted by developed countries," said Acting Head of BPPMHKP, Ishartini in a written statement in Jakarta, Tuesday (30/1/2024).

The collaboration between BPPMHKP as the competent authority and person responsible for quality assurance with UNIDO is carried out under the umbrella of capacity building cooperation. This collaboration began with strengthening the implementation of quality assurance in the fisheries supply chain. Ishartini explained that the project with UNIDO includes 6 scopes which are a continuation of previous collaboration in phase 1.

Therefore, in phase 2 of the collaboration, BPPMHKP carries the theme "Global Quality and Standards Program: Developing Robust Quality Assurance in Fisheries". "It is important that the quality assurance that we carry out is truly appropriate and accepted globally," he continued.

The six scopes of BPPMHKP - UNIDO cooperation include harmonization and adjustment of the quality assurance system according to the BPPMHKP mandate. Then develop the capacity of fish inspectors/auditors on an international scale. Third, strengthening certification on the scale of business actors, followed by remote audits and inspections.

"Then there is a program to strengthen the capacity of quality testing laboratories through the Reference Material Producer (RMP) on food safety parameters and finally ASEAN cooperation," said Ishartini.

For the record, Indonesia, through the KKP, has demonstrated its capacity in implementing quality assurance in the Southeast Asia region, especially ASEAN. Finally, at the ASEAN Sanitary and Phytosanitary (SPS) Contact Point or ASCP forum last year, Indonesia and Thailand were expected to become role models in cooperation in digitizing fishery commodity trade certificates.

For information, phase 1 of the KKP-UNIDO cooperation has been taking place since October-December 2023. This phase is also referred to as the UNIDO inspection or checking point on SJMKHP carried out by BPPMHKP.

During this period, the two institutions held a number of meetings as well as holding focus group discussions (FGD), and created a working team in order to move towards phase 2 cooperation which is planned to last until 2026.

Previously, Minister of Maritime Affairs and Fisheries Sakti Wahyu Trenggono emphasized the importance of quality assurance as technical support for the implementation of five priority programs. According to him, quality control remains the KKP's domain, from upstream to downstream. KKP itself has also designed a large program with the theme Blue Economy.

Tuesday, January 30, 2024

BUKAN HANYA PASIR PUTIH, BIRA PUNYA HARTA KARUN LAINNYA

 


Pantai bira sudah lama dikenal dengan pasir putihnya, pasir putih Bira ini banyak mempesona para wisatawan baik lokal maupun mancanegara, namun ternyata pesona Bira bukan hanya sampai disitu, Bira memiliki harta karun tersembunyi yang luar biasa dan belum terekspose ke dunia luar. Harta karun tersebut berupa keanekaragaman hayati dan biomassa perikanan serta spesies kharismatik. Untuk mengetahui detail kekayaan tersebut simak penjelasan Bapak Pascal Sebasstian dari Yayasan Indo Ocean seorang peneliti sekaligus pemerhati kelautan.

Berdasarkan penelitiannya selama setahun dipantai Bira dan sekitarnya dia mendapatkan bahwa biomassa sekitar Bira jauh lebih tinggi dibanding dengan tempat wisata lainnya di Indonesia, sebut saja Nusa Penida Bali daerah wisata ini terkenal dengan spot dive mola-mola, namun siapa sangka ternyata perairan Bira yaitu tepatnya di Pulau Kambing juga memiliki spot dive mola-mola. Spot ini bahkan lebih menjanjikan dibanding spot yang ada di nusa penida tutur Pascal.

Dalam pengamatannya pascal membagi 3 (tiga) area pengamatan yaitu Bira Daratan, Kambing dan Liukang Loe. Di bira daratan dia menemukan perairan pantai landai berpasir, dipengaruhi ombak, tutupan karang rendah hingga sedang pada kedalaman 5 – 30 m dan arus rata-rata berkecepatan rendah. Sementara di liukang loe lereng landai dengan tutupan karang tinggi dan arus berkecepatan rendah hingga sedang, sementara itu di pulau kambing lereng terjal dilanjutkan dengan wall, tutupan karang tinggi dan terpengaruh oleh arus laut lepas.

Biomassa dan biodiversitas ikan untuk jenis snapper, kerapu (grouper), Emperor paling banyak ditemukan di Pulau Kambing diikuti oleh Pulau Liukang loe sementara untuk Bira daratan ikan-ikan tersebut jarang didapatkan. Namun untuk jenis ikan Kakatua (Parrotfish) justru lebih banyak ditemukan di perairan Bira daratan, hal ini disebakan karena substrat di bira daratan banyak ditumbuhi Alga sebagaimana diketahui parrotfish ini gemar makan alga. Untuk jenis ikan Baracuda sangat sering dijumpai di Pulau Kambing dan sedikit di liukang loe sementara untuk Bira daratan tidak dijumpai. Bahkan bukan hanya ikan-ikan demersal, di pulau kambing dijumpai juga banyak ikan tuna, tongkol dan Kuwe.

Selain ikan ekonomis penting juga ditemukan ikan langka seperti Napoleon, anehnya napolen ini justru banyak ditemukan diperairan Bira daratan bagian timur dan pulau kambing sementara di pulau liukang loe sudah jarang ditemui. Hal ini kemungkinan disebabkan karena adanya tekanan penangkapan ikan dari penduduk liuang loe. Spesies langka dan dilindungi selanjutnya adalah penyu, ada 3 (tiga) jenis penyu yang didapatkan yaitu green sea turtle, hawksbill sea turtle dan loggerhead sea turtle, namun yang paling dominan adalah green turtle (penyu hijau). Penyu ini juga banyak ditemui di Bira bagian barat, bira bagian timur dan liukang loe sementara di pulau kambing jarang ditemukan mengingat pantai pulau kambing merupakan pantai berbatu.

Spesies dilindungi lannya adalah ikan hiu, Ikan hiu ini sangat sering dijumpai di Pulau Kambing, sementara di pulai liukang loe juga ditemua di bagian timur pulau, spot tersebut kemudian diberi nama Shark point.

Selain dari spesies ekonomi penting dan langka di kawasan ini juga ditemukan spesies kharismatik, yang dimaksud spesies kharismatik adalah spesies yang memikat para wisatawan, salah satu spesies kharimatik tersebut adalah Ikan Mola-Mola. Ternyata bukan hanya di nusa penida, di perairan pulau kambing ikan mola-mola juga rutin muncul pada musim tertentu. Adapun waktu munculnya ikan mola-mola ini adalah pada bulan juni dan september setiap tahun. Kemunculan pada bulan tersebut kemungkinan disebabkan karena adanya pengaruh arus dingin dari Australia karena ikan ini menyukai perairan dengan suhu rendah.

Namun demikian, meski potensi biomassa perairan ini sangat tinggi, namun ternyata perairan ini juga tidak lepas dari berbagai ancaman seperti Bottom Drift Net (Ghost Fishing) yang menjerat penyu dan ikan-ikan secara tidak sengaja. Selain itu ancaman pemboman dan pembiusan masih massive. Masalah lainnya adalah sampah di pinggir pantai serta Coral Bleaching. Semua persoalan tersebut memerlukan perhatian serius dari semua stakeholders.



Dalam acara presentasi tersebut, Yusli Sandi Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Perikanan Bulukumba menanggapi bahwa Kawasan bira-pulau kambing dan pulau liukang loe ini sudah sering masuk dalam perencanaan Dinas Perikanan Kabupaten Bulukumba. Pada Tahun 2009 dan 2014 Dinas Perikanan Bulukumba mengirim surat ke Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sul Sel dan KKP untuk menetapkan kawasan tersebut sebagai kawasan konservasi laut daerah, namun tidak sempat terealisasi karena adanya pengalihan kewenangan kelautan. Bahkan kami telah memberi nama Kawasan tersebut sebagai Kawasan “Bira Triangle” mengikuti nama Coral triangle yang terkenal di dunia. Nama Bira Triangle ini diambil karena keanekaragaman hayati di Kawasan ini sudah lama teridentifikasi. Untuk itu penetapan Kawasan Bira ini sebagai Kawasan konservasi dan pemanfaatan untuk tujuan akademis dan wisata harus segera di eksekusi.



Monday, January 29, 2024

Silatuhrahmi Sponsored By Nelayan


Nelayan, pembudidaya dan pengolah hasil perikanan merupakan stakeholders utama dalam sektor perikanan, profesi tersebut adalah roh dari segala profesi karena melalui tangan mereka kebutuhan protein, industri farmaka dan kecantikan bisa terpenuhi. Namun ironisnya profesi ini justru terkesan gamang bercenkrama dengan pemerintahnya, padahal kolaborasi pemerintah dan masyarakat perikanan perlu dijaga.

Namun cerita kegamangan itu tidak terjadi pada nelayan dan pembudidaya dari Kecamatan Bontobahari, pada hari selasa 30 januari 2024 mereka dengan “Gagahnya” mengundang aparat pemerintah baik dari Dinas Perikanan Kab, Cabang Dinas Kelautan (CDK) Sul Sel dan pemerintah kelurahan untuk berbaur dalam satu jalinan silaturahmi atas adanya keterhubungan profesi serta sebagai bentuk rasa syukur atas limpahan rezki yang diberikan oleh Allah SWT.

Acara silaturahmi ini berlangsung hangat dan meriah disertai dengan diskusi menarik terkait polemik dan potensi pengembangan perikanan kedepan.


Menurut Kusnadi Kamal Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Bulukumba, bahwa beliau sangat berterima kasih atas hajatan yang di inisiasi dan dilaksanakan oleh nelayan dan pembudidaya ini, acara ini sangat baik untuk menambah kedekatan antara nelayan dan aparat dari dinas perikanan. Tali silatruahmi antara nelayan dengan dinas memang perlu dijaga karena Dinas Perikanan mempunyai tugas untuk menjamin dan memfasilitasi agar usaha sektor perikanan tertap berkesinambungan. Lebih lanjut kusnadi menyampaikan bahwa memang banyak bantuan dari dinas perikanan yang juga dapat diakses oleh nelayan untuk itu tentunya komunikasi harus tetap terjaga.

Selain itu kepala CDK mengatakan bahwa fungsi cabang dinas perikanan sebenarnya lebih banyak kepada pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan, bentuk pengawasan ini sebagai upaya untuk menjamin keberlanjutan sumberdaya. Namun disamping pengawasan tersebut CDK juga biasanya diberi mandat lain seperti penyediaan rumah ikan yang nanti rencananya akan menjadi keluraha sapolohe menjadi lokus kegiatan.


Pada kesempatan ini nelayan juga bertanya mengenai keberlanjutan program rumpon dari Dinas Perikanan dan trik-trik untuk menjaga harga rumput laut, karena menurut mereka harga rumput laut saat ini yang hanya 13 ribu per kilo sudah cukup murah. Pertanyaan nelayan tersebut kemudian ditanggapi oleh Yusli Sandi Kepala Bidang Perikanan Tangkap bahwa pada Tahun 2024 program rumpon akan dilanjutkan bahkan jumlah rumpon akan semakin bertambah dan konsep penempatan rumpon semakin disempurnakan. Pada tahun 2024 rumpon akan kita bagi 3 (tiga) yaitu rumpon permukaan, rumpon layang dan rumpon dasar. Masing-masing jenis rumpon ini memiliki tujuan dan maksud yang berbeda.

Lebih lanjut yusli menuturkan bahwa untuk menstabilkan harga rumput laut yang perlu dilakukan pertama adalah bagaimanan meningkatkan posisi tawar (bargaining position) dari pembudidaya, karena ada hal yang janggal dalam perdagangan rumput laut, menurutnya harga rumput laut ditentutakn oleh pembeli padahal semestinya penjual sebagai pemilik yang menentukan harga. Hal ini terjadi karena pembudidaya tidak memiliki posisi tawar, mereka tidak punya akses pasar yang memadai sehingga terpaksa menjual barangnya sesuai keinginan dari pengepul. Selain dari itu salah satu penyebab turunya harga adalah semakin rendahnya kualitas rumput laut, untuk itu pembudidaya melalui kelompok perikanan harus kompak untuk menjaga kualitas seperti penanganan pasca panen dengan melakukan penjemuran dengan para-para dan metode gantung, selain itu pada saat budidaya perlu juga diperhatikan metode budidayanya seperti menjaga jarak rumput laut sehingga rumput laut yang dibudidayakan mendapatkan nutrisi yang cukup.

Setelah diskusi, acara kemudian ditutup dengan acaran makan siang dengan ikan bakar dengan rica-rica yang membuat sekujur tubuh berkeringat. Dari sini kita bisa mengambil pelajaran bahwa nelayan dan pembudidaya adalah sahabat dinas perikanan.

 

Wow....Nelayan Bulukumba Mendapat Bantuan Dana 3,1 Milyar


Permodalan kerap kali menjadi kendala bagi masyarakat nelayan. Sulitnya akses, persyaratan yang berbelit-belit hingga ketidaktahuan masyarakat tentang lembaga pendanaan menjadi beberapa faktor nelayan enggan mengurus kredit bergulir. Ketergantungan nelayan terhadap permodalan mandiri, penyisihan keuntungan usaha, meminjam dari anggota keluarga ataupun dari sumber keuangan informal lainnya masih sangat tinggi terjadi di nelayan Bulukumba.

Sekitar 90 persen lebih pelaku usaha kelautan dan perikanan di Bulukumba berskala mikro dan kecil. Banyaknya pelaku usaha kecil ini, tentu menjadi perhatian pemerintah baik itu pusat maupun daerah.

Untuk itu, pembiayaan mikro bagi nelayan kini hadir untuk menjawab dan memberikan solusi mudah permodalan bagi masyarakat nelayan. Fasilitasi bantuan pendanaan bagi nelayan kecil ini merupakan amanat Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya Ikan, dan Petambak Garam.

Pemerintah pusat dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya berkewajiban memfasilitasi bantuan pendanaan dan bantuan pembiayaan bagi nelayan kecil, nelayan tradisional, nelayan buruh, pembudidaya ikan kecil, penggarap lahan budi daya, petambak garam kecil, dan penggarap tambak garam, termasuk keluarga nelayan dan pembudidaya ikan yang melakukan pengolahan dan pemasaran.

Pemerintah memberdayakan nelayan kecil dan pembudidaya-ikan kecil melalui penyediaan skim kredit bagi nelayan kecil dan pembudi daya-ikan kecil, baik untuk modal usaha maupun biaya operasional dengan cara yang mudah, bunga pinjaman yang rendah, dan sesuai dengan kemampuan nelayan kecil dan pembudidaya ikan kecil.

Pembiayaan mikro bagi nelayan ini dikelola oleh Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP) yang merupakan Badan Layanan Umum (BLU) di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Penyaluran pembiayaan permodalan nelayan skala mikro ini disalurkan LPMUKP melalui kerja sama dengan Lembaga Keuangan Mkikro (LKM) dan LKM Syariah serta Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan BPR syariah yang sudah diakui oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Kerjasama BLU LPMUKP dengan LKM ini merupakan kemitraan yang strategis karena dapat memperluas jangkauan pembiayaan kepada pelaku usaha mikro di bidang Kelautan & Perikanan. LKM lebih mengenal para pelaku usaha yang dilayani karena LKM berada langsung di tengah-tengah mereka. Optimalisasi fungsi LKM ini selain sebagai pemberi/penyalur pinjaman juga memberikan pendampingan usaha.

Di Bulukumba pada Tahun 2023 terdapat 1 (satu) koperasi nelayan yaitu Koperasi Mattoangin yang berhasil mendapatkan plafond pendanaan sebesar 3,1 Milyar. Menurut ibu Ariyani Kuswita tenaga pendamping LPMUKP Kabupaten Bulukumba keunggulan dari pendanaan ini adalah tidak memberatkan bagi nelayan karena bunga per tahunnya hanya 3 persen atau 0,25 persen per bulan.  

Menurut Yusli sandi,S.Kel,M.Si Kabid Perikanan Tangkap Bulukumba bunga dari bantuan permodalan LPMUKP ini bukan lagi sangat rendah namun hampir tidak berbunga jika kita membandingkan inflasi Indonesia, inflasi kita antara 3 - 5 persen pertahun artinya pemberlakuan bunga tersebut bahkan tidak cukup untuk menutup biaya inflasi, bahkan Bunga ini jauh dibawah bunga Bank yang berkisar 10 - 15 persen per tahun. Dengan demikian dipastikan bahwa lembaga penyalur pendanaan ini sama sekali tidak meraup untung namun murni untuk membantu dalam pengembangan usaha kelautan dan perikanan.  

Lebih lanjut yusli menuturkan bahwa skema permohonan pengajuan pinjaman atau pembiayaan dana bergulir ini sangat terjangkau bagi pelaku usaha, untuk skala yang belum terjangkau Kredit Usaha Rakyat (KUR). Permohonan permodalan dapat langsung dibuat oleh pelaku usaha dengan menyiapkan proposal yang berisi tentang profil usaha, rencana bisnis, melampirkan surat permohonan pengajuan pinjaman, surat keterangan dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) KKP atau Dinas Perikanan Kabupaten Bulukumba serta dokumen pendukung lainnya yang ditentukan mitra LKM. Pengajuan pinjaman akan dibantu oleh tenaga pendamping LPMUKP yang bertugas melakukan pendampingan, memeriksa dan menyetujui proposal permohonan yang disampaikan oleh pemohon calon debitur LPMUKP.

Sunday, January 28, 2024

Peneliti Menemukan Enam Juta Hektar Karang Laut Dalam di lepas pantai Florida

NOAA dan konsorsium mitra penelitiannya telah menemukan dan memetakan terumbu karang laut dalam yang luas di lepas pantai timur Amerika Serikat. Menurut penelitian yang baru diterbitkan oleh konsorsium, habitat ini adalah habitat terumbu karang yang paling mungkin ditemukan atau sejenisnya.

Tim menggunakan tiga survei sonar multibeam yang berbeda untuk memetakan luas sistem terumbu karang. NOAA menyampaikan bagian data terbesar. Secara keseluruhan, kegiatan survei ini mencakup hampir seluruh Dataran Tinggi Blake, sebuah dataran tinggi yang terletak sekitar 90 mil laut di lepas pantai Florida, Georgia, dan Carolina Selatan.

Total wilayah yang disurvei kira-kira seluas Florida, dan luas terumbu karangnya sekitar 6,4 juta hektar – setara dengan luas Vermont. Mereka menggunakan sistem klasifikasi otomatis untuk mengidentifikasi gundukan karang dalam data survei dan menemukan 83.000 kemungkinan gundukan karang. Gundukan ini tersebar di area dengan panjang sekitar 280 mil laut dan lebar 60 mil laut. Survei tersebut didukung dan divalidasi menggunakan 23 penyelaman submersible.

Para ilmuwan menjuluki kawasan karang terpadat "Million Mounds" karena akumulasi padat karang berbatu desmophyllum pertusum. Karang-karang ini membentuk gundukan besar yang menjadi habitat penting bagi ikan, termasuk tempat berlindung untuk membesarkan tukik muda. Beberapa dari ikan ini penting secara komersial untuk perikanan Pantai Timur.

“Selama bertahun-tahun kami mengira sebagian besar Dataran Tinggi Blake tidak berpenghuni, sedimen lunak, namun setelah lebih dari 10 tahun melakukan pemetaan dan eksplorasi sistematis, kami telah mengungkap salah satu habitat terumbu karang laut dalam terbesar yang ditemukan hingga saat ini di dunia. kata Kasey Cantwell, kepala operasi Eksplorasi Laut NOAA.

Dalam sebuah pernyataan, penulis utama studi Derek Sowers, Ph.D. mengatakan bahwa hasil tersebut menunjukkan bagaimana kemitraan antarlembaga dapat membantu upaya memetakan 50 persen perairan AS yang belum dipetakan dalam resolusi tinggi.

NOAA menambahkan bahwa hasil penelitian ini akan membantu memandu kebijakan mengenai penggunaan berkelanjutan dan pengelolaan sumber daya laut di wilayah ini.

Wednesday, January 24, 2024

Chile Menjadi Negara Pertama yang Meratifikasi Perjanjian Laut Lepas

Hampir empat bulan setelah Perjanjian Laut Lepas dibuka untuk ditandatangani di Majelis Umum PBB, Chile telah menjadi negara pertama yang meratifikasi perjanjian bersejarah tentang konservasi laut. Pada hari Selasa, Senat Chile dengan suara bulat menyetujui Perjanjian Laut Lepas, yang secara resmi dikenal sebagai Perjanjian Keanekaragaman Hayati Melampaui Yurisdiksi Nasional (BBNJ).

Perjanjian tersebut menetapkan prosedur untuk menetapkan kawasan perlindungan laut berskala besar di laut lepas, yang mencakup hampir dua pertiga lautan di dunia. Tujuannya adalah untuk memfasilitasi pencapaian target konservasi 30 persen daratan dan lautan pada tahun 2030, yang disepakati oleh negara-negara anggota PBB pada bulan Desember 2022 dalam Kerangka Keanekaragaman Hayati Global Kunming-Montreal.

Saat mengomentari persetujuan Senat, Menteri Luar Negeri Chile Alberto van Klaveren mengatakan tindakan tersebut menegaskan fokus kuat Chile terhadap lautan. Chile termasuk negara anggota PBB yang menunjukkan komitmen politik kuat terhadap adopsi BBNJ, meski masih dalam tahap negosiasi.

Dipimpin oleh Presiden Gabriel Boric, Chili mengusulkan kota pelabuhan Valparaíso, yang terletak 68 mil dari Santiago, sebagai kandidat tuan rumah Sekretariat Perjanjian.

Langkah Chili untuk meratifikasi perjanjian tersebut disambut baik oleh kelompok kampanye lingkungan hidup, salah satunya adalah Greenpeace Internasional.

“Chili telah menjadi negara kunci selama bertahun-tahun merundingkan perjanjian ini. Ini merupakan pencapaian ribuan warga Chile yang menyerukan perlindungan lautan. Kami mengucapkan selamat atas tindakan kongres ini,” kata Estefanía González, wakil direktur kampanye Greenpeace Chile.

Agar perjanjian ini dapat berlaku, diperlukan 59 negara lain untuk meratifikasi perjanjian tersebut pada tahun 2025. Waktu ini adalah untuk memastikan target yang disepakati secara global untuk melindungi 30 persen lautan pada tahun 2030 dapat tercapai.

Perundingan perjanjian BBNJ telah berlangsung sejak tahun 2004. Perjanjian ini baru diadopsi secara resmi oleh pemerintah pada bulan Juni 2023 setelah perundingan yang mendalam. Penandatanganan perjanjian tersebut dilakukan pada bulan September, sebagai formalitas sebelum suatu negara melakukan ratifikasi. Sejauh ini, 84 negara telah menandatangani perjanjian tersebut sebagai langkah pertama menuju ratifikasi akhir dan pemberlakuannya.

Secara terpisah Yusli Sandi,S.Kel,M.Si salah seorang pemerhati kelautan dan perikanan menjelaskan bahwa perjanjian Global Kunming-Montreal sudah diadopsi oleh Indonesia, dimana Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sudah menargetkan perluasan kawasan konservasi perairan pada tahun 2045 mencapai 97,5 Ha atau 30 persen dari luas perairan Indonesia sekitar 325 Ha. Namun yang perlu menjadi catatan dari target ambisius ini adalah kualitas dari kawasan konservasi yang ditetapkan. Perluasan kawasan konservasi tidak akan berdampak apa-apa jika pengelolaan kawasan konservasi tidak maksimal, jadi menurutnya bukan perluasan kawasan konservasi yang mestiya diutamakan, namun peningkatan kualitas pengelolaan kawasan konservasi seperti peningkatan kapasitas pengawasan. Karena masih sering terdengar praktek illegal fishing justru masih berlangsung dia areal konservasi.

BLUE ECONOMY: Wawancara Eksklusif


Dalam wawancara ini, Markus Müller, Chief Investment Officer ESG Deutsche Bank Private Bank, menjelaskan mengapa istilah 'ekonomi biru' bukanlah hal baru dan bagaimana sektor keuangan dapat beradaptasi dengan masa depan yang ramah lingkungan.

Apa kepanjangan dari istilah ‘ekonomi biru’? Apa saja isinya?

Markus Müller: Bagi saya, mengejutkan bahwa dunia merayakan istilah ekonomi biru sebagai sesuatu yang baru. Ini bukan hal baru, bukan? Itu adalah istilah yang sudah ada sejak umat manusia ada. Saya pernah mengutipnya di suatu tempat, ini dari sebuah buku: bahwa kita sebagai makhluk atau spesies berdiri di tepi antara dunia daratan dan lautan, jadi bagi kita, ini bukanlah sesuatu yang asing. Namun menurut saya, berdasarkan diskusi tentang perubahan iklim, perubahan yang disebabkan oleh perubahan atmosfer, umat manusia juga mulai lebih khawatir terhadap keanekaragaman hayati dan aspek lain di dunia, yang saya sebut sebagai pilar kehidupan – atmosfer. , daratan, serta dunia maritim. Dalam konteks ini, mereka menjadi lebih sadar bahwa ada perekonomian menyeluruh di sekitar lautan.

90% perdagangan global dikirim melalui laut. Sekitar 3 miliar orang di dunia bergantung pada makanan laut yang ditangkap dan dibudidayakan sebagai sumber utama protein, dan banyak lainnya bergantung secara tidak langsung pada jasa ekosistem yang disediakan oleh laut. Menurut saya, delapan dari 10 kota besar di dunia terletak di dekat garis pantai. Saya pikir kesadaran ini mengangkat istilah ‘ekonomi biru’. Ketika saya memikirkan langkah selanjutnya dan apa yang harus kita fokuskan, yang terpenting adalah ekonomi biru yang berkelanjutan dan adil. Bagaimana kita bisa mengubah sesuatu yang sudah ada sejak umat manusia ada menjadi sesuatu yang berkelanjutan dan berkeadilan?

Bagaimana sektor keuangan dan dunia usaha secara umum dapat menjadi lebih berkelanjutan dan sesuai dengan masa depan yang ramah lingkungan?

Markus Müller: Menurut saya, hal ini dimulai dengan kesadaran akan apa yang dilakukan bisnis dan apa yang mereka miliki dalam rantai nilai mereka. Ini sangat, sangat penting. Saya tidak yakin seberapa baik hal ini diketahui, baik oleh investor atau oleh perusahaan itu sendiri, seberapa jauh jangkauan rantai nilainya. Jika Anda mengambil contoh perusahaan tekstil, Anda lebih suka memikirkannya dalam konteks terestrial. Namun hal ini juga mempunyai potensi dampak negatif terhadap laut, sehingga dikaitkan dengan ekonomi biru. Saya pikir ini adalah pengetahuan yang penting. Poin nomor satu: Anda perlu menyadari rantai nilai Anda.

Poin nomor dua: Anda perlu menyadari dampak rantai nilai Anda terhadap dunia tempat Anda berada, dan kemudian Anda dapat mengarahkannya ke berbagai arah. Lalu poin ketiga: Kita harus memahami betapa bergantungnya dunia pada semua jasa yang diberikan laut dan ekonomi biru kepada kita. Ini bukan hanya semata-mata tentang kegiatan ekonomi seperti perdagangan. Anda juga perlu memikirkan, misalnya, produk farmasi yang terbuat dari sumber daya yang kita miliki di laut, serta kemampuan laut untuk mengatur/mitigasi perubahan iklim atau cuaca. Ini sangat penting. Selain itu, dari sudut pandang keamanan, laut penting bagi kita. Laut yang sehat harus dipertimbangkan sebagai upaya adaptasi terhadap perubahan iklim; terumbu karang merupakan pemecah gelombang alami dengan terumbu karang yang sehat terbukti mengurangi energi gelombang masuk sebanyak 97%. Jika terumbu karang menipis, kemampuan untuk melindungi kehidupan di darat dari kekuatan alam akan hilang jika terjadi cuaca ekstrem.

Hal ini tentang bagaimana kita dapat lebih memahami apa peran ekonomi kelautan dan mengapa hal ini sangat penting bagi kita. Dan jika kita mengubah hal ini menjadi cerita yang positif, maka kita dapat mengatakan bahwa kesadaran akan hal ini berarti kesadaran akan risiko yang terkait dengan degradasi alam. Pada saat yang sama, kami dapat menciptakan peluang dengan mempertimbangkan hal ini. Hal ini berarti bahwa komunitas atau individu yang saat ini bekerja di sektor-sektor ekonomi biru yang tidak berkelanjutan juga mempunyai peran penting dalam mewujudkan kesetaraan. Sebagai contoh: Sebagian besar individu yang bekerja di sektor perikanan adalah perempuan. Perempuan dibayar lebih rendah dibandingkan laki-laki dan saya pikir ini adalah contoh yang sangat baik untuk menunjukkan mengapa menempatkan fokus pada perekonomian yang berkelanjutan dan adil itu sangat penting.

Markus Müller: Pertama-tama, kita perlu benar-benar memahami sistem yang ada saat ini. Lalu kita perlu memahami apa yang merugikan laut dan apa yang tidak merugikan laut agar bisa berubah. Kita benar-benar harus memulai dengan aktivitas yang ada saat ini (status quo sistem ekonomi kita) dan mengubah aktivitas tersebut menuju kepatuhan terhadap laut dan alam. Ini sangat, sangat penting. Kedua, meskipun saya menyukai berbagai proyek baru yang bermunculan di seluruh dunia mengenai restorasi rumput laut atau lamun, pertanyaan saya selalu adalah: Bagaimana ribuan proyek rumput laut benar-benar membantu kita? Kita perlu menjaga laut tetap utuh, bukan? Dan kita perlu menjaganya tetap utuh dalam bentuk yang kita kenal. Meskipun aktivitas restorasi lokal sangatlah penting dan perlu didorong, kita perlu mengambil pendekatan holistik dan sistemik dalam menangani laut dan aktivitas ekonomi yang bergantung dan berdampak pada laut. Kita tidak boleh melakukan kesalahan yang sama terhadap lautan seperti yang kita lakukan terhadap bumi. Kita tidak boleh membebaninya dengan harapan kita, dengan keinginan kita untuk melihat ini sebagai batas terakhir. Sebaliknya, mari kita lakukan segala daya kita untuk tidak mengacaukannya. Kita sudah banyak memanfaatkan lautan dan ini berarti kita harus menjaganya seperti telur langka.

Jika kita ingin memonetisasi laut sepenuhnya, seperti yang Anda katakan, apa saja faktor negatif yang perlu kita pikirkan terlebih dahulu dan bagaimana hal tersebut terlihat secara konkrit?

Markus Müller: Kata ‘monetisasi’ selalu membuat saya sedikit gugup dalam konteks pasar keuangan, karena memonetisasi, bagi saya, berarti mengambil manfaat dari suatu aset dan mendapatkan kompensasi moneter dari aset tersebut. Sebaliknya, kita harus melihat laut sebagai sumber nilai atau sumber berharga yang memberikan jasa ekosistem, yang kemudian dapat kita monetisasi. Daripada asetnya, fokusnya harus pada jasa ekosistem dan memberikan nilai sebenarnya pada jasa ekosistem tersebut. Namun kita perlu menjaga keutuhan stok dan nilainya (yaitu aset) untuk memberikan jasa ekosistem yang berkelanjutan ini. Kedua, saya pikir setelah kita membangun pemahaman tentang nilai laut dan pentingnya jasa ekosistemnya, kita bisa mulai mempertimbangkan hal ini dalam pembiayaan dan juga proses pengambilan keputusan ekonomi.

Salah satu proyek menarik yang dilakukan oleh Universitas Perth yaitu Global Ocean Accounting Programme. Saya pikir ini sangat, sangat penting. Bagi saya, hal ini mengarah pada pemberian nilai yang benar pada Modal Alam, mirip dengan Sistem Akuntansi Ekonomi Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Mari kita berikan nilai pada alam agar kita tidak mengurasnya untuk menjamin dan meningkatkan kualitas dan kuantitas jasa ekosistem yang menjadi sandaran kita.

Markus Müller: Menurut saya kita perlu memiliki pencerahan baru tentang Alam. Seperti yang baru saja saya tulis di postingan COP, kita perlu mengetahui lebih banyak tentang Alam. Antropolog Elizabeth Povinelli menyebutnya literasi alam. Dan bagi saya, sebagai orang yang lahir di pedesaan, saya beruntung tumbuh dengan pengetahuan yang masuk akal tentang hewan dan tumbuhan. Ada artikel menarik dari Guardian beberapa tahun lalu di mana mereka melakukan survei terhadap anak-anak. Mereka menemukan bahwa mereka tahu lebih banyak tentang Pikachu daripada luak. Saya tidak ingin melebih-lebihkan contoh-contoh ini, namun menurut saya ini penting bagi kita semua. Kita harus benar-benar kembali ke tempat asal kita.

Yang tak kalah pentingnya, kita juga perlu mewaspadai permasalahan yang menyebabkan jarak antara manusia dan Alam menjadi jauh. Ini adalah sesuatu yang, pada saat yang sama, membawa kita ke tingkat kemakmuran saat ini di negara maju – Revolusi Industri. Hal ini memberi kita begitu banyak kemakmuran, begitu banyak kekayaan melalui perkembangan teknologi. Namun pada saat yang sama, hal ini memperluas rantai nilai sehingga kita sering tidak tahu lagi dari mana produk tersebut berasal. Kita tidak tahu lagi tenaga kerja apa yang dibutuhkan untuk memproduksinya. Kita tidak tahu sumber daya alam apa yang dibutuhkan untuk menciptakan barang-barang tersebut yang kemudian kita konsumsi. Saya pikir bagi individu, hal ini sangat penting untuk disadari.

Saya tidak percaya bahwa individu bersalah. Seseorang tidak bersalah. Ini lebih merupakan gabungan dari tindakan kolektif. Kami menciptakan masalah bersama-sama. Bukan satu individu yang menciptakan masalah; itu adalah intensitas seluruh konsumsi atau perilaku kita. Menurut saya, tidak ada seorang pun yang melakukan ini berdasarkan perilaku buruk, atau niat buruk. Yang terjadi justru informasi atau pengetahuan yang diperlukan namun tidak tersedia. Mengubah hal ini memerlukan proses yang panjang dan hal ini akan terjadi melalui akumulasi pengetahuan kolektif. 

Akumulasi pengetahuan ini merupakan pencerahan yang sangat dibutuhkan tentang pentingnya alam sebagai landasan kita.

Saya pikir dalam konteks pasar keuangan, pertama-tama, kita perlu memulai literasi atau pencerahan baru tentang keuangan dan instrumen keuangan. Kita tidak boleh melihat ekonomi atau keuangan sebagai tujuan. Kami selalu percaya bahwa jika kami telah mencapai atau menutup kesenjangan keuangan, semuanya akan baik-baik saja. Sekarang, hal ini tidak dikabulkan, bukan? Itu hanya sekedar menutup sesuatu, tapi kita perlu memahami mengapa kita menggunakan ilmu ekonomi. Ekonomi adalah alat untuk membantu kita menjawab pertanyaan dan keuangan adalah alat untuk mengubah segala sesuatunya ke arah apa pun. Kita perlu memahami untuk tujuan apa kita menggunakan apa.

Saya selalu menggunakan tiga contoh. Jika ingin mewujudkan Kawasan Konservasi Perairan, sangat sulit untuk mengalokasikan manfaat positif yang dihasilkan dari Kawasan Konservasi Perairan kepada satu agen atau negara. Apakah Pantai Gading yang menciptakan hal ini atau lebih jauh ke selatan di Afrika? Apakah di Portugal? Jadi, siapa yang dapat kita kaitkan dengan manfaat ekonomi positif dari Kawasan Konservasi Perairan ketika stok ikan mulai pulih dan manfaatnya tersebar luas? Ya, Anda tidak bisa mengalokasikan keuntungan ekonomi positif ini ke Kawasan Konservasi Perairan itu sendiri, jadi Anda menciptakan insentif di pasar keuangan untuk mendorong pengakuan dan perlindungan alam yang bermanfaat bagi ekosistem yang lebih luas. Artinya, ini adalah topik untuk para filantropis atau untuk keuangan publik, untuk keuangan pemerintah. Lalu di sisi lain, mungkin ada perusahaan yang ingin menciptakan pelabuhan yang ramah lingkungan atau ingin meningkatkan pembiayaannya dalam praktik pelayaran yang sesuai dengan ekonomi biru yang berkelanjutan. Mereka dapat melakukannya melalui obligasi keberlanjutan karena tujuan ekonominya sangat jelas dan Anda dapat mengetahui dengan tepat cara kerjanya. Dan kemudian ada sesuatu di tengahnya, misalnya seperti yang dilakukan Belize, menggunakan alam sebagai jaminan. Ini kemudian disebut keuangan campuran. Jadi, Anda mempunyai beragam alat yang berbeda di bidang keuangan, mulai dari keuangan publik, obligasi, hingga keuangan publik-swasta. Semua ini memiliki tujuan yang sangat berbeda. Namun insentif yang mendasarinya harus selalu melindungi alam.

Saya pikir ini adalah poin kedua: Kita perlu memahami penggunaan keuangan, berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang telah dibantu oleh ilmu ekonomi untuk dijawab. Ketiga, dari sudut pandang investor, mereka perlu memahami maksudnya. Seorang investor perlu melihat strategi perusahaan, bagaimana strategi perusahaan mempertimbangkan hal-hal ini, rantai nilai, misalnya, dampak negatif dari rantai nilai, namun juga melaporkannya dan mengatakan bagaimana memenuhi langkah selanjutnya, seperti laporan iklim. Sangat penting untuk memahami bagaimana perusahaan mencapai tujuan transisinya. Karena bagi saya sebagai investor, akan menjadi risiko jika seseorang tidak dapat memberi tahu saya kapan mereka ingin mencapai net zero atau netralitas karbon. Ini penting. Hal inilah yang perlu kita ketahui sebagai investor untuk membentuk opini apakah akan berinvestasi pada perusahaan tersebut atau tidak.

Terakhir, untuk membahas kredit karbon atau kredit keanekaragaman hayati, yang membawa saya kembali ke poin pertama, kita perlu memahami untuk tujuan apa kredit ini dimaksudkan. Saya di sini kurang lebih berada pada kubu yang sama dengan Partha Dasgupta, seorang ekonom Inggris. Ia tidak secara eksplisit berfokus pada kredit, namun ia mengatakan dalam laporannya bahwa kita perlu menemukan mekanisme untuk membiayai Global Commons kita (Laut Lepas, Atmosfer, Antartika, dan Luar Angkasa), dimana negara-negara yang menjadi tuan rumah dari hal ini dapat benar-benar mendapatkan keuntungan. misalnya, dari pada melakukan penebangan hutan di lembah Kongo, dan menghancurkan Solusi Berbasis Alam yang hebat untuk memerangi perubahan iklim. Apa artinya? Dalam konteks keanekaragaman hayati atau kredit karbon, kita harus melihat kredit sebagai semacam klaim atau perdagangan hak milik. Bahwa negara-negara yang saat ini tidak dapat mematuhi NDC atau komitmen mereka dapat membeli klaim tersebut dan agar aliran moneter dapat digunakan untuk membiayai pengelolaan alam positif yang aktif untuk aset alam yang dapat menghasilkan kredit guna menjaga kelangsungan hidup global kita. Umum utuh. Tapi mereka harus pensiun seiring berjalannya waktu, kredit ini. Bagi saya, bukan berarti kredit harus diperdagangkan antar perusahaan. Bagi saya, yang ada hanyalah entitas yang dapat menggunakan alam sebagai jaminan dan melakukan apa yang perlu dilakukan untuk melestarikan jaminan tersebut.

Markus Müller: Apa yang kami lakukan selama beberapa tahun terakhir adalah mencoba memahami pokok bahasannya terlebih dahulu. Tentu saja, ada banyak peluang yang bisa kita ambil tindakan sejak dini. Namun bagi kami, memahami dasar-dasarnya sangatlah penting. Oleh karena itu, kami bergabung dengan Ocean Risk and Action Alliance dan United Nations Ocean Decade Committee di Jerman. Kami berkolaborasi dalam berbagai inisiatif di tingkat kelompok, yang telah membantu kami memahami 'mengapa' lebih baik dari apa pun. Dan sekarang kita siap untuk membahas 'apa'. Arti ‘apa’ adalah bahwa kami kini juga telah membentuk Dewan Penasehat Alam di tingkat kelompok. Hal ini akan membantu kita memasukkan Alam ke dalam proses pengambilan keputusan kita, untuk memahami metrik yang harus kita gunakan, dan risiko yang perlu kita ketahui.

Selain itu, yang kami lakukan adalah aktif dalam kegiatan filantropi. Misalnya, kami mendukung Future Climate Coral Bank di Maladewa karena kami sangat percaya pada kegiatan ini dan pentingnya Solusi Berbasis Alam. Kami juga sangat jelas dalam keterlibatan investor kami. Kami ingin berbagi pengetahuan kami dengan investor, dan kami mengundang mereka untuk melepaskan pengetahuan mereka tentang hal-hal ini. Sejauh ini kami sangat fokus pada pendekatan eksklusif di sisi investasi. Namun demikian, saya pikir dengan adanya Panel Penasihat Alam, dengan adanya kebijakan nyata yang merumuskan pandangan kita, kita sebagai Deutsche Bank secara keseluruhan dapat menjadi bagian dari solusi.