Sunday, April 28, 2024

KOLABORASI DUA SEKTOR MENDONGKRAK KETAHANAN PANGAN

 


Sektor kelautan dan perikanan dan sektor pertanian merupakan sektor serumpun yang saling terkait. Kedua sektor ini memang awalnya dianggap satu sektor namun seiring dengan perubahan kebijakan kedua urusan ini dipisahkan agar kebijakan pemerintah fokus untuk meningkatkan urusan masing-masing, meskipun dalam perhitungan domestik bruto masih menggabung kedua sektor ini dalam sektor pertanian. Kedua sektor ini sangat berperan dalam menjaga ketahanan pangan dan menjamin gizi masyarakat sehingga langkah kebijakan keduanya harus selalu saling terintegrasi.

Salah satu bentuk kolaborasi yang terlaksana dilapangan adalah pemanfaatan embung untuk budidaya perikanan air tawar. Embung atau cekungan penampung (retention basin) adalah cekungan yang digunakan untuk mengatur dan menampung suplai aliran air hujan serta untuk meningkatkan kualitas air di badan air yang terkait (sungai, danau).Embung digunakan untuk menjaga kualitas air tanah, mencegah banjir, estetika,hingga pengairan. Embung menampung air hujan di musim hujan dan lalu digunakan petani untuk mengairi lahan di musim kemarau.

Di bontotanga Kecamatan Bontotiro dibawah suluhan Amiruddin (penyuluh perikanan) embung kemudian disulap menjadi kolam pemeliharaan ikan tanpa mengurangi fungsinya sebagai embung. Ikan nila yang dijadikan sebagai komoditas peliharaan selama satu tahun belakangan sudah mampu memenuhi kebutuhan konsumsi kelompok perikanan Pokdakan Pariya. Pokdakan pariya ini sudah terbentuk tahun 2015 namun untuk pemanfaatan embung ini baru dilaksanakan satu tahun terakhir.

Namun selama satu tahun berbudidaya Pokdakan pariya bukan berarti tidak mengalami kendala. Beberapa kendala yang dihadapi diantaranya susahnya pemenuhan pakan dan pola pemeliharaannya masih tradisional sehingga produktivitas tergolong rendah. Namun demikian, dibawah suluhan Amiruddin, pokdakan ini mulai memanfaatkan beberapa sumber pakan lokal seperti penggunaan daun pepaya dan tanaman-tanaman air serta dan ikan-ikan rucah, selain itu Amiruddin getol memberi arahan budidaya yang baik, terutama dalam manajemen bibit, manajemen pakan dan manajemen kolam. Karena kolam punya ambang batas terhadap kemampuan budidaya untuk itu perlu dikelola.


Tuesday, April 23, 2024

SUB SEKTOR PERIKANAN TANGKAP TERUS MENGGELIAT

 


Aktivitas penangkapan ikan dilaut sudah berlangsung sangat lama, bahkan banyak dari pengamat perikanan yang berpandangan bahwa tangkapan ikan dilaut suatu saat akan semakin menurun akibat semakin massivenya eskploitasi sumberdaya perikanan tangkap. Namun kondisi ini tidak terjadi di Kabupaten Bulukumba. Profesi penangkapan ikan konsisten tetap tumbuh dari tahun ke tahun, ini juga bisa dilihat dari konsistensi peningkatan produksi selama lima tahun terakhir yang terus tumbuh dan kini mencapai sekitar 54 ribu ton.

 

Dalam rentan waktu satu bulan ini saja nelayan yang melapor ke Dinas Perikanan terkait penambahan armada kapal perikanan sebesar tiga unit. Armada ini memiliki tonase yang cukup besar yaitu tonase diatas 30 GT. Penambahan kapal perikanan yang terdeteksi ini baru dari pemilik kapal besar sedangkan pemilik perahu atau kapal kecil terkadang tidak terdeteksi karena nelayan jarang yang melapor ke dinas.

 


Pada hari senin 22 april 2024 nelayan asal Tanuntung Kecamatan Herlang melaksanakan ritual Anyorong Lopi (Peluncuran Perahu). Peluncuran perahu ini dihadiri oleh ratusan warga sekitar. Tradisi anyorong lopi memang merupakan salah satu momen sakral karena pada saat momen ini tetuah memanjatkan doa kepada yang Maha Kuasa agar kapal yang diluncurkan ini nantinya berkah dan selamat dalam mengarungi lautan.



Adapun kapal yang diluncurkan diberi nama “Cahaya Maria” yang merupakan milik dari Bapak Cahiruddin yang juga sekaligus Ketua Kelompok Perikanan “Allorang Jaya 1”.  Menurut penyuluh perikanan Nafriwati Dahlan Bapak Cahiruddin ini memiliki tiga unit kapal yaitu Cahaya Maria 01, Cahaya Maria 02 dan yang diluncurkan baru-baru ini diberi nama Cahaya Maria 03. Ketiga kapal milik Pak Cahiruddin ini semuanya bertonase diatas 30 GT atau lebih tepatnya sekitar 40 GT.

Adapun hasil tangkapan rata-rata sekali melaut dari kapal Cahaya Maria ini adalah sekitar 40 gabus dengan rincian rata-rata per trip 25 gabus ikan layang dengan harga berkisar Rp.1.300.000/gabus, 10 gabus ikan “loka-loka (tongkol) dengan harga Rp.900.000/gabus dan 5 gabus ikan cupili (bahasa lokal) dengan harga rerata Rp.350.000/gabus. Adapun total penangkapan bisa mencapai Rp.43.250.000 sekali trip. Namun yang perlu jadi catatan bahwa hasil sebesar itu didapatkan pada saat musim panen, jika saat mucim paceklik bisa jatuh ke separuh dari penghasilsan yang disebutkan tadi bahkan bisa juga tidak ada sama sekali.

Adapun metode penangkapan yang dilakukan oleh kelompok nelayan ini adalah penangkapan ikan dengan purseiner dengan menggunakan alat bantu rumpon. Jumlah rumpon yang dimiliki sekarang adalah 25 unit. Menurut pak cahiruddin rumpon sangat penting dalam mendukung besarnya hasil tangkapan. Oleh karena itu pula Dinas Perikanan Bulukumba sangat konsen terhadap pengadaan rumpon karena rumpon ini befungsi untuk mengumpulkan ikan sehingga mudah ditangkap oleh nelayan

Sunday, April 21, 2024

DIMANA ADA AIR DISITU ADA IKAN

 



Untuk memaksimalkan potensi lahan di sekitar kita, maka berbagai upaya perlu dilakukan untuk memanfaatkan lahan tersebut. Pemanfaatan lahan ini sangat berkontrbusi terhadap peningkatan pendapatan masyarakat.

Salah satu lahan yang selama ini abai dimanfaatkan adalah lahan genangan air, dibanyak tempat genangan air ini jarang dimanfaatkan sehingga cenderung justru menjadi sarang berkembang biaknya bibit nyamuk. Padahal jika melihat potensi genangan air sekecil apapun bisa dimanfaatkan untuk budidaya ikan. Budidaya digenangan air tentu diperlukan selektivitas jenis ikan, jika genangannya berlumpur bisa menggunakan ikan gabus ataupun ikan betook. Jika Genangannya agak luas maka bisa menggunakan ikan nila ataupun ikan lele.

Dengan termanfaatkannya lahan secara maksimal untuk budidaya ikan, maka tidak hanya berpotensi untuk meningkatkan pendapatan namun juga untuk memenuhi kebutuhan protein masyarakat dan bahkan bisa berkontribusi terhadap pencegahan stunting.

Rupanya prinsip “ Dimana Ada Air disitu Ada Ikan” ini sudah diterapkan dengan baik oleh Masyarakat Dusun Bonto Suka Desa Bontotanga Kecamatan Bontotiro. Dibawah bimbingan penyuluh perikanan Bapak Amiruddin masyarakat desa ini memanfaatkan ChekDam untuk memelihara ikan, aktivitas memelihara ikan di chekdam sama sekali tidak menganggu sistem irigasi pertanian karena hanya memakai air dan tidak mengurangi debit air yang mengalir ke areal persawahan.

Lahan budidaya ini seluas 5 x 7 meter, dengan komoditas budidaya adalah ikan nila. Menurut masyarakat setempat ikan budidaya tumbuh sangat cepat karena sumber mata air begitu besar sehingga air mengalir secara terus menerus ditambah lagi dengan tambahan pakan pellet yang diberikan. Selain itu penebaran ikan hanya dilakukan sekali dan sudah bertahun-tahun ikannya diambil namun ikan di lahan budidaya ini tetap berkembang pesat. Hal ini karena ikan jenis nila memang dapat berkembang biak sendiri meski tidak dilakukan pemijahan buatan.

Ikan nila yang dibudidayakan saat ini baru untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, namun kedepan pembudidaya berencana untuk menjualnya ke pasaran. Namun demikian menurut penyuluh perikanan Amiruddin untuk naik kelas ke budidaya komersil masyarakat ini harus mengubah dulu pola budidayanya, seperti pemisahan ikan besar dan kecil termasuk pemisahan jantan dan betina. Selain itu proses berkembang biak ikan ini tidak bisa dibiarkan dalam satu kolam karena akan terjadi perkawinan sedarah (inbreeding). Kualitas bibit hasil inbreeading tidak berkualitas tutup amiruddin dalam wawancaranya.