Saturday, March 14, 2015

Amazing New Marine Tourism Destination


It's place named Apparaleng Beach the other named called Tinadung Beach, whatever you named it's not influenced the splendour of it's natural beauty. Too many diversity coral reef species with healty ecosystem. The brighness of the water it's clearly, there is not pollution at all and there is not hustle you will find in this place.

along of the costline will accompanying with beauty steep cliff where the cliff from the geological processes which along we can see many sea creature stuck in the rock is dead. this is evidence this was one a sea cliff. besides it is very fascinating underwater beauty.

this place only about one year open to the public, begins with the construction of surveillence posts by marine resources and marine fisheries department Bulukumba then proceed with the construction of access road to the site in 2013. after that the tourism departmen of Bulukumba also build gazebo for visitor facilities.

Now the places transformed into a new tourist destination in Bulukumba, but that the problem is the access road is impassable roads in both direction cause congestion, especially on holidays. therefore still needed serious attention from the goverment because this place has the potential to increase the foreign exchange and can increase the revenue of local goverment.



however any problems still facing the spirit to develop this site should not be retroactively. and whoever read this article must be sure that the apparaleng beach only in Bulukumba and we guarantee that the unique of this place will not found in the other places.

This the new site who the people has bored with existing site...this place is unspoiled you will find the "virgin" beach here.

Manfaatkan Moment Rupiah untuk Genjot Produksi Kelautan dan Perikanan

Ada hal yang menarik disimak dalam pelemahan Rupiah dimana terjadi kenaikan harga dimana-mana,kenaikan yang paling terasa adalah barang-barang impor seperti barang elektronik,mesin-mesin dan berbagai barang dan bahan yang belum tersedia dalam negeri. Kenaikan harga ini memicu kepanikan publik karena mereka harus mereplanning kembali budget mereka. Namun ternyata cerita miris ini hanya menimpa orang-orang yang gemar memakai produk luar atau gemar menjadi konsumer, lantas apa yang terjadi bagi kelompok orang yang berfungsi sebagai produser barang dan jasa?,jawabannya mereka sedang panen saat ini.

Siapakah mereka yang diuntungkan oleh kondisi ini?,mereka adalah orang-orang yang mempunyai produk dan laku diluar negeri. Salah satu contohnya adalah mereka yang bergelut di sektor kelautan dan perikanan,barang-barang produksi mereka juga turut merangkak naik, kenaikan ini justru sangat menguntungkan bagi mereka karena dengan volume yang sama mereka mendapatkan nilai rupiah yang lebih.

Sebagai contoh harga udang windu diakhir 2014 hanya bercokol dikisaran Rp.80.000-Rp.100.000/Kg namun setelah pelemahan Rupiah harga udang ini naik menjadi Rp.110.000 keatas. Begitu juga rumput laut dari 2 bulan lalu harganya masih Rp.8.000 kini sudah mulai naik diatas Rp.10.000/Kg. Selain keuntungan langsung yang diperoleh ternyata negara juga sangat diuntungkan dari jenis usaha ini, betapa tidak devisa yang dihasilkan bisa turut membantu dalam menutup defisit neraca transaksi berjalan secara nasional.

Menyadari hal ini sudah sepantasnya kita sematkan gelar Pahlawan DEVISA kepada mereka. Selama ini kita lebih mengenal TKI sebagai pahlawan devisa, namun ternyata sangat banyak aktifitas lain yang sangat membantu dalam menghasilkan devisa negara,bahkan profesi nelayan dan pembudidaya ikan jauh lebih bermartabat dibanding pergi merantau untuk menjadi pembantu di negeri orang.

Untuk itu langkah pemerintah pusat mestinya lebih diarahkan ke sektor rill seperti ini, strategi lama seperti mengutak atik aspek finansial dan instrumen keuangan lainnya sudah tidak jaman,kalaupun berefek hanya bersifat sementara. Langkah yang paling sering dilakukan pemerintah adalah menaikkan suku bunga, melarang orang beli dollar atau stimulus-stimulus keuangan yang nyaris bermanfaat kepada mereka yang kelas atas saja, padahal pada tataran grassroot banyak sekali pahlawan devisa kita yang bisa dijadikan ujung tombak dalam menjaga stabilitas nilai rupiah.

Thursday, March 12, 2015

Sinkronisasi Rencana Kerja,Program dan Kegiatan dengan Kab/Kota

Kepala dinas kelautan dan perikanan prop.sul sel sebagai keynote speaker dalam acara Sinkronisasi ini menyatakan bahwa sektor KP merupakan salah satu sektor andalan dalam mendukung ketahanan pangan nasional.

Sumber pangan tersebut berasal dari perikanan tangkap dan perikanan budidaya yang terdiri dari budidaya air tawar,payau dan laut.Untuk itu saat ini pusat mengarahkan agar setiap propinsi membuat rencana aksi produksi pangan sektor KP sehingga program kegiatan kedepan betul-betul terencana dan terarah sebagai salah satu kontributor pangan nasional.

Namun meski demikian,bukan hanya peran pemerintah yang diharapkan,juga diperlukan peran swasta utamanya perbankan.Bantuan yang dikucurkan pemerintah hanya bersifat stimulan dan sungguh tak mungkin nelayan dan pembudidaya ini mendapat bantuan terus-menerus.Kedepan pemerintah lebih banyak berperan kepada penyediaan fasilitas dan infrastruktur.

Selanjutnya,pemaparan dilanjutkan oleh Kabag Perencanaan KKP Pusat,menurut beliau strategi pembangunan nasional terdiri dari 3 dimensi : Pembangunan Manusia,Pembangunan sektor unggulan dan pemerataan & kewilayahan.Namun yang menarik ternyata sektor KP memiliki 2 (dua) sasaran dimensi yaitu Kedaulatan Pangan dan Kemaritiman & Kelautan.Hal ini memberi posisi strategis bagi KKP namun juga merupakan tantangan berat dalam membuktikan peran strategis tersebut.

Adapun Visi Pembangunan kedepan adalah Terwujudnya Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara berdaulat,mandiri dan Berkelanjutan untuk Kemakmuran Rakyat.

Salah satu langkah yang ditempuh Ibu Susi dalam menjaga kedaulatan adalah mencegah terjadinya IUU (illegal,Unregulated dan Unreported) fishing.

Akhirnya,kabag perencanaan ini menyinggung UU 23 Tahun  2014 dimana ada pengalihan kewenangan dari  kabupaten ke propinsi.Untuk bidang KP penerbitan izin untuk kab/kota tidak diperbolehkan lagi. Kab/kota hanya mendapat sharing bagi hasil,yang lebih ekstrim lagi berdasarkan UU 23 untuk Dinas KP di Kab/kota akan menjadi cabang dinas bahkan PNS kab/kota akan berpindah menjadi PNS propinsi.

Tentu hal ini bertentangan dengan semangat Reformasi dimana euforia reformasi identik dengan Otonomi Daerah. Otoda dijaman reformasi dianggap strategi tepat untuk mengakselerasi pembangunan di daerah,namun dengan diterbitkannya UU 23 ini, semangat otoda ini semakin dikebiri. Karena kedepan arah kebijakan menjadi sentralistik padahal diketahui bersama bahwa tidak ada yang paling mengenal suatu DAERAH melainkan orang-orang di daerah itu sendiri.


Namun demikian Sauh yang sudah kita angkat tidak boleh diturunkan lagi,semangat kita dalam memajukan sektor maritim harus terus kita jaga.

Tuesday, March 10, 2015

FORUM SKPD TAHUN 2015

"Akselerasi Peningkatan Usaha Kelautan dan Perikanan yang Berdaya Saing dan Berkelanjutan serta Penyesuaian Terhadap Perubahan Lingkungan Strategis"

Tema diatas memberi pesan kepada kita bahwa usaha kelautan dan perikanan masih berjalan seperti biasa,belum ada tanda-tanda bahwa usaha di bidang ini akan berjalan kencang padahal seperti yang sering disampaikan kita adalah negara bahari justru 70 % wilayah kita adalah laut.

Pada titik ini kita bisa menyadari bahwa jargon negeri bahari memang lebih elok menjadi pemanis saja.

Namun ada yang cukup mengesankan,berdasarkan pemaparan sekretaris dinas kelautan dan perikanan propinsi sulawesi selatan produksi rumput laut sudah mencapai 1,9 juta ton,angka ini merupakan produksi tertinggi di Indonesia dan ini juga berarti bahwa target sul sel untuk menjadi sentra rumput laut dunia jiga sudah tercapai.

Namun dari berbagai data capaian target yang sedikit menggelitik adalah capaian produksi udang yang sudah menjauhi 33 ribu ton sudah melampaui target RPJMD,tapi jika kita tarik benang merah dengan angka ekspor produksi diatas tidak mencapai setengahnya
Banyak kalangan yang mempertanyakan data ini,karena umumnya udang adalah komoditas ekspor sehingga angka ekspor mestinya tidak jauh timpang dengan angka produksi.Namun meskipun demikian kita harus menyematkan apresiasi yang tinggi kepada DKP Prop. Sul Sel yang telah menggapai capain hampir 99 % dari target.