Thursday, May 14, 2015

Cara Menjaga Ekosistem Karang: Tambah Lebih Banyak Populasi Ikan

Ikan adalah resep kunci dalam cara baru untuk mendiagnosa dan merestorasi ekosistem terumbu karang yang terdegradasi, menurut peneliti dari Institusi Ilmu kelautan Australia , WCS, James Cook University, dan organisasi lainnya pada studi yang baru-baru ini dilaksanakan dipublikasi dalam jurnal Nature. Untuk ekosistem terumbu karang yang over fishing, restorasi populasi ikan menunjukkan peran kunci untuk merestorasi fungsi kritis ekologi. Secara moderat cara ini memberi pengetahuan ikan mana yang bisa ditangkap, seberapa banyak, dan berapa yang harus disisakan di alam. Para peneliti banyak yang berspekulasi bahwa mempertahankan dan merestorasi populasi ikan akan meningkatkan ketahanan terumbu karang terhadap ancaman yang lebih luas seperti perubahan iklim. Secara umum terumbu karang di dunia mengalami krisis, beberapa wilayah pesisir mengalami ancaman seperti overfishing, pencemaran, pembangunan di pesisir serta ancaman perubahan iklim. Menurut World Resources Institute, sekitar 75 persen terumbu karang dunia terancam dan lebih dari 20 persen sudah punah semenjak perubahan iklim dan intensifnya industri perikanan 30 tahun terakhir. Pada saat yang bersamaan, hanya 27 persen terumbu karang dunia yang ada masuk dalam wilayah perlindungan laut.

Mengambil terlalu banyak ikan herbivor dan ikan pemangsa akan menyebabkan kondisi kritis terhadap terumbu karang dan akan mengurangi kapasitasnya dalam merespon perubahan di sekitarnya, seperti melimpahnya populasi alga yang akan menutupi karang bahkan membunuhnya karena ikan herbivor yang bertugas memakan alga sudah berkurang sehingga tidak mampu mengontrol populasi alga.

Untuk itu diperlukan pembatasan penangkapan ikan dengan mengetahui berapa jumlah populasi• Berdasarkan penelitian terumbu karang yang tidak memiliki populasi ikan sekitar 1,000 kilograms per hectar berarti terumbu karang tersebut sudah terancam,meskipun secara fisik terumbu karang yang ada masih bagus secara kasat mata.• Dan jika dalam 1 hektar sisa ditemukan biomass ikan sekitar 100 Kg maka wilayah tersebut sudah terdegradasi• 

Oleh karena itu selain upaya pengawasan sumber daya laut yang intensif, upaya merestorasi populasi ikan juga sangat diperlukan dalam menjaga keberlanjutan produksi perikanan.

Sebenarnya pihak Dinas Kelautan dan Perikanan melalui Subag Program sudah berkali-kali mengusulkan upaya restocking/sea ranching namun selalu mentok karena secara politis tidak kuat,kalangan umum masih berpandangan bahwa jumlah ikan di laut masih sangat banyak. Kegiatan yang favorit adalah bantuan ke nelayan dan pembudidaya karena ini juga nantinya berkorelasi positif dengan perolehan suara bagi para politikus.



Saturday, May 9, 2015

Laut Kita Berubah Jadi Lautan Sampah Plastik, Akankah?

Semua bahan yang terbuat dari plastik identik dengan sifat fisik yang rapuh dan mudah terbakar. Keberadaan bahan ini sangat membantu simplisitas kehidupan moderen kita yang terbiasa dengan kehidupan instan,bahkan seluruh peralatan harian kita sangat di dominasi oleh bahan ini,lihat saja peralatan makan dan minum kita,peralatan mandi,peralatan dapur,peralatan kerja dan berbagai peralatan lainnya sangat banyak yang terbuat dari bahan plastik.

Akibatnya, besarnya buangan plastik nyaris tidak bisa dihindari,namun yang lebih menyulitkan adalah sampah plastik ini sangat sukar terurai secara alami bahkan untuk mengurainya memerlukan waktu ratusan tahun, tentu masa penguraian ini tidak sebanding dengan laju buangan plastik ke alam. Selain itu budaya pengelolaan sampah plastik jika tidak dibuang langsung ke alam justru diolah dengan cara dibakar, cara ini tentu saja sangat berbahaya bagi lingkungan karena plastik yang terbakar mengeluarkan senyawa toksik.

Sampah plastik yang tidak sempat terolah dipastikan akan mengalir ke laut dan terakumulasi disana.Akumulasi plastik ini menimbulkan masalah baru karena akan mengganggu ekosistem laut seperti menutupi terumbu karang dan juga dari banyak kasus ditemukan menyebabkan kematian biota laut seperti penyu. Penyu merupakan biota laut pemakan ubur-ubur, sehingga dengan banyaknya plastik yang melayang-layang dilaut menyebabkan penyu ini terkecoh untuk memakannya karena sampah plastik sangat mirip dengan ubur-ubur yang sedang mengapung di lautan. Akibatnya sistem pencernaan penyu menjadi terganggu karena plastik tentu saja tidak bisa dicerna oleh penyu.

Saat ini lautan di planet bumi telah dipenuhi sampah plastik, bahkan baru-baru ini sebuah penelitian menyebutkan bahwa sampah plastik yang terbawa ke lautan mencapai 8 juta metrik ton per tahun, atau sebagai perbandingan sama jika anda memasukkan 2.740 ekor gajah jantan ke laut perharinya.

Bagi sebagian dari kita yang hidup di Indonesia, permasalahan sampah juga dapat dijumpai disekitar lingkungan kita. Sampah plastik dengan mudah dapat dijumpai di lautan, di pesisir pantai, hingga di sungai. Pantai tidak pernah sepi dari sampah plastik, mulai dari kantong plastik, botol minuman dan yang lainnya.

Melihat besarnya ancaman sampah plastik di lautan,sungguh aneh dipandang mata dan kurang sedap di dengar oleh telinga karena kementerian yang membidangi Kelautan dan Perikanan di Indonesia justru beberapa tahun terakhir lagi gencar-gencarnya membuat rumah ikan (apartmen fish) yang terbuat dari plastik, bahan plastik yang dibentuk sedemikian rupa ini diharapkan mampu menarik gerombolan ikan dan menetap disana, tentu mimpi petinggi KKP ini terkesan agak kurang bisa diterima karena bahan rumah ikan ini terbuat dari plastik yang dalam waktu yang lama akan mengalami kerapuhan dan berangsur-angsur tergerus oleh arus laut. Gerusan arus ini akan menambah limbah plastik di lautan, limbah plastik yang ada di lautan bukan hanya yang dapat dipandang secara kasat mata,namun juga banyak dipenuhi oleh sampah-sampah renik yang berukuran mikro.

Meneruskan proyek Rumah Ikan seperti yang dilakukan oleh KKP sama saja membantu laut kita penuh dengan plastik, sebuah langkah aneh dengan dalih ilmiah yang sama sekali tidak ilmiah. Kelatahan pengambil kebijakan dalam melaksanakan kegiatan harus segera dikurangi, proyek fish apartmen ini bukan hanya menghambur uang tapi menambah limbah plastik di laut. Mungkin sudah susah memang menemukan sebuah kegiatan yang berasal dari kajian komprehensif, susah tapi pasti bisa...