Saturday, March 12, 2016

Pemutihan Karang di Bulukumba Butuh Kerjasama Lintas Sektor

Adanya temuan Peneliti dari Marine Science Diving Club Universitas Hasanuddin (MSDC UNHAS) mengenai kejadian pemutihan karang atau coral bleaching secara massal di perairan Kabupaten Bulukumba, merupakan Alarm dari alam bahwa ada masalah di perairan kita. Masalah ini mungkin saja terjadi secara global namun ternyata aktifitas yang bersifat lokal justru jauh lebih berpengaruh. Pemutihan terumbu karang ini di temukan sekitar perairan Tanjung Bira dan perairan Pulau Liukang Loe Kabupaten Bulukumba pada hari Sabtu 5 Maret 2016 hingga Selasa 8 Maret 2016.

Dugaan sementara, hal ini diakibatkan oleh perubahan suhu perairan laut akibat perubahan iklim, sehingga polip karang kehilangan algae simbiotik zooxantela didalamnya, akhirnya akibatnya karang kemudian berubah menjadi putih karena organisme yang hidup di dalamnya sudah mati ataupun pergi.Dugaan ini juga didasari dari rilis National Ocean Atmospheric Administration (NOAA) yang mengungkapkan bahwa sebagian wilayah Indonesia suhu air lautnya akan terus meningkat di atas rata-rata awal hingga petengahan tahun ini.

Dampak dari pemutihan ini sebenarnya sangat berbahaya karena karang yang mengalami pemutihan umumnya susah untuk pulih dan biasanya laju pemulihan karang ini kalah cepat dengan laju pertumbuhan alga. Jika alga sudah menutupi permukaan karang maka bisa dipastikan bahwa karang tersebut betul-betul tinggal cerita, dan akan terjadi suksesi biota,dimana lahan terumbu karang akan berubah menjadi padang alga.

Sebelum lanjut ke upaya penanganan,maka penulis merasa penting mengingatkan kembali apa sebanarnya coral bleaching ini?,bukankah sebelum mengambil kebijakan kita harus menguasai ilmunya dulu?.

Apa itu Coral Bleaching?

Coral bleaching (pemutihan karang) sendiri dapat diartikan sebagai hilangnya warna karang yang disebabkan oleh degradasi populasi Symbiodinium(zooxanthellae simbiotik) dan/atau pigmen alga tersebut. Peristiwa pemutihan pada skala laboratorium maupun lapangan menunjukkan gejala yang sama yaitu berkurangnya kepadatan Symbiodinium. Pada pemutihan yang tampak dengan mata (secara visual), densitas alga diperkirakan mengalami penurunan hingga 70 – 90% . Lebih lanjut, pada studi di laboratorium, dijumpai adanya pengeluaran alga simbion dari tubuh inang; selain itu, inang juga diketahui terlepas dari kerangka kapurnya. 

Pemutihan karang telah terjadi di banyak terumbu di lautan dunia, terutama di kawasan tropis dan laut hangat misalnya di Karibia, teluk Arab, pesisir timur Afrika, Great Barrier Reef di Australia, Asia Tenggara dan kepulauan Pasifik. Peristiwa pemutihan karang di berbagai perairan laut dunia. Penyebab Pemutihan Karang Pada skala penelitian di laboratorium, pemutihan karang dapat disebabkan oleh perlakuan suhu yang ekstrem dan tiba-tiba (baik suhu tinggi maupun rendah), radiasi yang tinggi, perlakuan gelap yang diperpanjang, logam berat (terutama tembaga dan kadmium) dan mikroorganisme patogenik.

Peristiwa pemutihan yang terjadi secara massal di berbagai laut di dunia lebih disebabkan oleh hal-hal berikut;Peningkatan suhu air laut. Faktor peningkatan suhu air laut seringkali diasosiasikan dengan pemanasan global yang disebabkan oleh peningkatan radiasi matahari dan efek rumah kaca. Seperti diketahui, karang termasuk fauna dengan toleransi suhu yang rendah. Peningkatan suhu sebesar 10 – 1.50C diatas rata-rata diketahui sudah dapat memicu terjadinya pemutihan karang. Peningkatan permukaan air laut (sea level rise). Pemanasan global juga memicu terjadinya pencairan es di kutub yang menyebabkan peningkatan permukaan air laut. Selama ribuan tahun, permukaan air laut relatif stabil dan karang umumnya tumbuh pada kedalaman dangkal (zona fotik) sehingga peningkatan permukaan air laut dapat menyebabkan karang “tenggelam” ke area yang lebih dalam dan akibatnya lebih sedikit mendapatkan cahaya.

Efek lain dari peningkatan permukaan air laut adalah peningkatan kekeruhan dan laju sedimentasi akibat erosi pantai. Saat terjadi El Nino, terjadi peningkatan suhu air laut di kawasan samudera Hindia dan Pasifik yang memicu terjadinya pemutihan karang secara massal. Pemutihan karang juga terjadi selama fase dingin ENSO (La Nina) pada area-area yang cenderung mengalami peningkatan suhu. Polusi kronis. Polusi (organik, logam berat dan lain-lain) yang diakibatkan kegiatan antropogenik berpotensi menurunkan kualitas air laut yang dapat menyebabkan kematian karang. Mikroorganisme pathogen, misalnya Vibrio shiloi dapat menyebabkan kematian karang Oculina patagonica.Perubahan sirkulasi arus laut. Hampir semua terumbu karang di latitude tinggi (>350) tumbuh pada area dimana arus membawa air hangat dari kawasan tropis.

Perubahan alur dan kekuatan arus menyebabkan perbedaan suhu yang dapat mengakibatkan pemutihan karang. Presipitasi dan pola badai. Presipitasi di kawasan tropis diketahui mengalami peningkatan sebesar 0.2 – 0.3% per dekade. Frekuensi hujan juga meningkat hingga 90 – 99% pada beberapa kawasan tropis. Peningkatan presipitasi dapat menurunkan salinitas air laut, sementara peningkatan frekuensi hujan mengakibatkan peningkatan kekeruhan dan sedimentasi terutama di daerah sekitar muara.

Setelah mengetahui proses pemutihan karang ini, hal yang tidak kalah pentingnya untuk diketahui adalah fungsi terumbu karang itu sendiri, mungkin banyak pihak yang mengabaikan peran terumbu, apalagi letak terumbu yang terletak di dasar perairan sering luput dari perhatian para pengambil kebijakan. Adapun fungsi terumbu karang secara umum dapat diuraikan sbb :

1. Fungsi Ekologi

Terumbu karang sangat berperan terhadap keseimbangan ekosistem di lautan, dia berperan sebagai Nursery ground (tempat perlindungan) bagi biota-biota laut dan Feeding Ground (tempat mencari makan) bagi biota laut. Sehingga Kerusakan karang akan berdampak pula pada biota laut seperti ikan dan mahluk lainnya. Bahasa sederhana dari fungsi ini adalah terumbu karang sebagai rumah ikan sekaligus sebagai tempat mencari makan bagi ikan.

Selain itu terumbu karang sangat berperan untuk menyerap karbon dunia, dimana produktifitas primer terumbu karang jauh lebih tinggi dibanding dengan hutan hujan tropis yaitu sekitar 15.000 - 35.000 g/cm/tahun.

Selain itu terumbu karang yang baik juga akan meredam energi gelombang yang menuju ke pantai sehingga terumbu karang ini dapat mencegah terjadinya abrasi pantai.

2. Fungsi Ekonomi

Sebagai Sumber Makanan

Terumbu karang menjadi tempat hidup dan berkembang biak berbagai biota laut. Tidak sedikit diantara biota tersebut yang kemudian dimanfaatkan sebagai sumber makanan oleh manusia. Seperti rumput lautyang dijadikan agar-agar, berbagai jenis ikan, udang, kepiting, dan teripang.

Sumber Bahan Dasar untuk Obat dan Kosmetik.

Berbagai jenis alga dimanfaatkan dalam pembuatan kosmetik dan bahan pembungkus kapsul. Berbagai hewan laut pun diketahui memiliki senyawa kimia yang berguna sebagai bahan antibiotika, anti radang, dan anti kanker. Selain itu, diyakini, masih banyak lagi berbagai jenis biota laut yang belum tergali potensinya.

Sebagai Objek Wisata

Keindahan ekosistem terumbu karang membuat takjub wisatawan. Berbagai kawasan terumbu karang dijadikan Taman Laut, lokasi snorkeling dan menyelam, dan wisata laut lainnya.Sumber Mata PencaharianKeberadaan terumbu karang menunjang perekonomian masyarakat sekitar. Masyarakat memiliki mata pencaharian baik sebagai nelayan, petani rumput laut, dan sebagainya. Pengembangan terumbu karang ,menjadi objek wisata pun mampu menciptakan berbagai lapangan pekerjaan bagi masyarakat mulai dari pemandu wisata, penginapan, penyewaan kapal, warung makan dan cinderamata, serta profesi-profesi lainnya.

Sumber Bibit Budidaya

Berbagai jenis ikan, teripang, dan rumput laut yang hidup di terumbu karang dapat dimanfaatkan sebagai bibit untuk budidaya

Peran Lintas Sektor

Agar terumbu karang terus terjaga diperlukan upaya terpadu (integrated) dalam mengelola sumber daya laut.  Terpadu itu bukan hanya dengan menggunakan metode perencanaan yang komprehensif melainkan juga melalukan pendekatan multi stakholders dan multi sektor. Semua pihak terkait harus dilibatkan dan tentu sangat "teledor" kita jika hanya berharap pada Dinas Kelautan dan Perikanan untuk mengamankan aset daerah yang sangat besar ini. Mungkin banyak yang berfikir bahwa pengelolan terpadu ini kerap kali memang hanya manis di bibir tapi sangat susah dilaksanakan, pengelolaan pesisir dan laut secara terpadu juga sudah menjadi santapan biasa pada bangku kuliah do perguruan tinggi. Namun kali ini kita tidak mau hanya bicara konsep,kita akan mencoba mengurai sebisa mungkin peran-peran apa saja yang harus dilakukan oleh multi sektor?. Untuk gambaran kecilnya peran tersebut bisa dibagi sebagai berikut ;

1. Kementerian/Badan Lingkungan hidup

Memastikan buangan limbah baik itu domestik ataupun linbah industri tidak lagi langsung di buang kelaut, karena polusi dari limbah ini sangat berbahaya bagi karang.

2. KEHUTANAN

Kehutanan harus mencegah terjadinya pembabatan hutan di hulu,karena erosi yang diakibatkan oleh pembabatan hutan akan menimbulkan akumulasi sediment di wilayah laut dan pada akhirnya akan menutup terumbu karang.

3. Perdagangan

Perdagangan ikan hias dan karang hidup harus mendapat pengontrolan yang ketat,karena karang yang bisa diperdagangkan hanya merupakan turunan dari hasil transplantasi.

4. Pertanian

Pertanian harus membina petaninya agar tidak lagi membuang pestisida yang bersifat kimiawi, selain berbahaya bagi kerberlanjutan pertanian dalam jangka panjang juga juga akan mencemari lautan yang terbawa dari run off dan tentunya ekosistem di pesisir dan laut sangat rentan terhadap pencemaran.

5. Pariwisata

Sudah saatnya destinasi wisata pantai lebih difokuskan pada kekayaan keanekaragaman hayati di bawah laut,  selain plasma nutfah yang melimpah bawah laut jauh lebih indah dibanding dengan keindahan pasir pantai. Pariwisata juga perlu mendorong kesadaran mencintai lingkungan bagi para wisatawan.

6. Ke PU an

Mungkin banyak yang berfikir bahwa instansi ke PU an tidak berkorelasi dengan kepentingan menjaga lingkungan,  namun paradigma seperti ini sudah harus diubah,contoh pembangunan irigasi, harus bisa memperhitungkan secara cermat mengenai debit air yang sampai ke muara, di wilayah pesisir ada namanya ekosistem estuari yang jika debit air tawar terlalu banyak dikurangi maka akan terjadi suksesi ekosistem.

Begitupula dalam hal pembangunan breakwater atau tanggul penahan pantai, saat ini sama sekali belum berpihak ke alam. Bangunan massive dengan seenaknya dibangun di pantai akibatnya terjadi perubaham pola arus yang berdampak sangat luar biasa pada wilayah pesisir,  bangunan massive ini akan memperkuat energi gelombang dan arus laut, sehingga bisa terlihat dengan jelas justru energi gelombang yang menuju ke pantai sekerang jauh lebih kuat,  hal tersebut bisa jadi tidak murni akibat energi internal gelombang itu sendiri, melainkan dipengaruhi oleh bangunan massive di pantai seperti groin,talud bahkan reklamasi. Karena kesemua jenis bangunan ini menantang energi gelomban yang di ciptakan langsung oleh TUHAN.

Untuk itu sudah saatnya mengubah paradigma pembangunan kita. Kalau selama ini kita terkesan mendewakan HARD ENGINEERING sudah saatnya kini kita beralihbke SOFT ENGINERING, kita perlu memikirkan rekayasa pembangunan yang lebih bersahat dengan alam. Sebagai contoh,  jika selama ini alam telah menyediakan pelindung pantai secara alami yaitu terumbu karang,padang lamun dan mangrove, maka buat apalagi merusak ekosistem tersebut dan menggantinya dengan bangunan yang nyata-nyata tidak mampu mengganti fungsi ekosistem ini?.