Saturday, January 31, 2015

Survey Harga Tali Rumpon

Rumpon merupakan istilah yang sudah lazim dalam bidang perikanan,rumpon ini adalah alat yang mampu menarik gerombolan ikan agar mudah ditangkap oleh nelayan. Rumpon ini juga biasanya disebut sebagai actractive fish karena fungsinya untuk memancing ikan untuk bergerombol. Hampir seluruh nelayan ikan pelagis Indonesia menggunakan metode ini,meski rumpon sifatnya hanya sebagai alat bantu namun eksistensi rumpon ini sangat menentukan tingkat keberhasilan nelayan dalam melakukan penangkapan ikan.

Rumpon ini pula sekarang membuat nelayan asing dan negara-negara perikanan lainnya menjadi pusing melebihi tujuh keliling,betapa tidak pada awal tahun 80 an sampai 90 an nelayan-nelayan dari negara maju seperti Jepang,Amerikan dan Taiwan dengan leluasa melakukan penangkapan ikan di samudera hindia dan samudera pasifik, mereka dengan mudah melakukan penangkapan ikan tuna dengan memantau lewat satelit,nelayan mereka hanya menunggu ikan ini keluar ke perairan internasional kemudian mereka menangkapnya.Sementara nelayan kita menangkap ikan dengan tidak menentu,karena mereka sama sekali tidak menggunakan satelit untuk memantau pergerakan ikan,nelayan kita pada umumnya hanya menggunakan tanda-tanda alam seperti keberadaan gerombolan burung,benda-benda mengapung dan busa-busa yang muncul di perairan. Dengan metode tradisional seperti ini tentu dalam skala luas cukup susah diterapkan. Berbeda dengan nelayan asing yang mampu menetukan lokasi fishing ground mereka dengan tepat. Akibat dari rendahnya aplikasi teknologi yang diterapkan oleh nelayan kita membuat biaya operasional yang dikeluarkan membengkak,operasional yang paling banyak adalah biaya pembelian BBM,selain itu waktu berlayar juga lebih lama sehingga sangat tidak efisien.

Namun dengan diaplikasikannya metode rumpon dalam penangkapan ikan,akhirnya cerita nelayan kita yang menangkap ikan dengan penuh tidak kepastian mulai dapat dikurangi,karena ternyata keberadaan rumpon ini rupanya sangat efektif dalam menarik gerombolan ikan.Efek dari hal ini adalah keberangkatan nelayan kita dalam melaut mulai menemukan titik kepastian.

Efek lain yang tentunya sangat positif bagi nelayan Indonesia adalah sumber daya ikan pelagis kita yang melimpah terutama ikan pelagis ekonomis tinggi seperti ikan tuna tidak lagi lebih banyak dinikmati oleh nelayan asing. Praktek yang selama ini terjadi adalah perairan Indonesia hanya menjadi wilayah memijah(bertelur) ikan tuna dan ketika besar ikan ini akan beruaya (migrasi) ke wilayah samudera untuk mencari makan dan kawin, akibatnya perairan Indonesia hanya menjadi wilayah pembesaran saja, ikan tuna yang dominan hanya berupa baby tuna dan tentunya memiliki nilai ekonomis yang rendah jika dibandingkan dengan ikan tuna dewasa dengan ukuran rata-rata panjang 3 meter,konon harga ikan tuna sebesar ini bisa menyamai dengan harga mobil mewah di lelang ikan jepang.

Harga yang fantastis itu rupanya tidak banyak dinikmati oleh nelayan kita,untuk itu diperlukan upaya agar potensi ikan tuna ini tidak terlalu cepat ke wilayah samudera internasional,perlu upaya khusus untuk "menjebak" ikan tuna ini untuk lebih lama di perairan Indonesia. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan menempatkan rumpon-rumpon laut dalam di wilayah perairan perbatasan samudera,dengan ditempatkannya cluster rumpon di wilayah perbatasan ikan-ikan tuna yang akan keluar dan masuk terjebak oleh rumpon yang diletakkan sebelumnya. Dengan dicegahnya ikan-ikan tuna ini untuk terlalu cepat keluar perairan internasional berarti kita mencegah sumber devisa non MIGAS kita dinikmati oleh orang luar. 

Tentu banyak yang meragukan apakah metode ini efektif atau tidak,namun dari berbagai banyak penelitian diperoleh bahwa rumpon ini bisa menyebabkan ikan-ikan dis orientasi dan menganggap rumpon ini sebagai habitat mereka,sehingga ikan-ikan ini memijah di wilayah rumpon,selain itu penempatan rumpon bahkan bisa mengubah pola migrasi alamiah ikan tuna. Mengetahui fakta ini semestinya sebagai stakeholders perikanan diperlukan upaya-upaya kreatif dengan menempatkan rumpon yang didesain jalurnya (tidak serampangan) dan tentunya bisa menguntungkan Indonesia.

Menyadari fakta ini pula,dunia internasional bahkan sering melakukan intervensi kepada imdonesia agar menghentikan penempatan rumpon, karena jelas ini akan merugikan mereka, dengan banyaknya rumpon yang tersebar di Indonesia maka hasil tangkapan mereka menurun drastis

Dari banyak realitas yang muncul diatas pihak pemerintah melalui DKP Kab.Bulukumba secara rutin melaksanakan pengadaan rumpon. Untuk TA. 2015 DKP menggelontorkan dana sebesar Rp.562.500.000 atau 1.500 roll tali rumpon.Selama 2 tahun terakhir pihal DKP tidak lagi mengadakan rumpon secara utuh karena bahan berupa bambu,styrofoam,daun kelapa dan sebagainya bisa diadakan sendiri oleh masyarakat penerima manfaat. Dan ini sesuai dengan prinsip bantuan pemerintah bahwa bantuan itu hanya bersifat stimulan tidak bisa memenuhi keseluruhan dari kebutuhan nelayan.

Untuk itu agar dalam pelaksanaan kegiatan pengadaan tali rumpon ini dapat akuntabel atau bisa dipertanggung jawabkan pihak PPK (Fachry Amal,S.Pi) dan PPTK (Yusli Sandi,S.Kel,M.Si) melalsanakan survey harga secara langsung di sentra pemintalan tali rumpon,karena sentra pemintalan ini tidak ada di wilayah Kab. Bulukumba maka kami melaksanakan survey tersebut di wilayah Kab. Polewali Mandar Propinsi SulBar.Kami menelusuri kampung pemintalan tali yaitu kampung KARAMA,dikampung inilah tali-tali rumpon ini dirakit dan distribusilan ke hampir seluruh wilayah indonesia timur. Bahan dari tali rumpon ini berupa bahan tali daur ulang dari bekas tali pertambangan,menurut berbagai sumber di karama bahan tali bekas ini diperoleh di pulau Kalimantan di wilayah pertambangan batu bara.

Melihat secara langsung proses pemintalan tali ini,kami serta merta terkesima karena betapa banyak anak bangsa yang kreatif,mereka mampu menggunakan tali limbah tambang yang sudah tidak digunakan lagi dan diubah oleh masyarakat Karama bernilai uang. Sungguh suatu kreafitas yang luar biasa.




2 comments:

  1. Kalo di pasaran tali hasil daur ulang dinama tali apa??

    ReplyDelete
  2. di daerah ku jateng penghasil tali terbesar di INA namanya reyeng/rompong

    ReplyDelete