Sunday, April 5, 2015

Menuju Kebangkitan Produksi Udang di Kab. Bulukumba

Udang utamanya jenis Panneus Monodon (udang windu) merupakan komoditas andalan budidaya perikanan. Komoditas ini merupakan salah satu penyumbang terbesar devisa negara non migas.

Dengan harga yg cukup fantastis sebagai konsekwensi logis dari sebuah barang export yang berkisar Rp.100.000/kg.Petambak mestinya tampil sebagai kasta profesi yang cukup tinggi. Bahkan bisa di posisikan sebagai profesi paling bergengsi di Indonesia. Bahkan katanya petambak udang hanya perlu menjual "kumis" udang jika ingin beli mobil, maklum saat itu kepala udang juga dinilai cukup lumayan oleh para pengusaha,karena kepala udang ini selain bisa diolah menjadi terasi juga ternyata mempunyai kandungan yang berupa chitin yang bisa dijadikan sebagai bahan pengawet alami.

Bisa dibayangkan bagaimana sejahteranya petambak udang ini karena dengan "kumis" (kepala udang) saja bisa beli mobil,bagaimana kalau menjual dagingnya?. Tentu sudah bisa beli rumah ataupun berbagai aset bernilai tinggi lainnya.

Namun cerita diatas hanya terjadi di awal tahun 90 an,setelah masa itu cerita kejayaan udang mulai pudar. Masa keemasan udang ini dimulai dengan diberlakukannya budidaya tambak intensif, tambak-tambak yang ada dipaksa berproduksi secara besar-besaran tanpa memperhatikan aspek resilience / daya lenting lingkungan tambak. Begitu banyak perlakuan yang merusak lingkungan seperti penggunaan pestisida,pemberian pakan berlebihan dan tidak dilakukannya praktek pengolahan tanah dasar tambak yang memadai,akibatnya banyak tanah dasar tambak yang masam (PH rendah),implikasi dari hal ini tanah tambak menjadi kurang subur dan menyebabkan pemupukan tanah sudah tidak berarti lagi,bahkan pemupukan tersebut justru akan menjadi racun pada tambak yang masam.

Penyebab lain kerusakan tambak adalah perusakan ekosistem mangrove sebagai ekosistem alami udang ini. Dengan massivenya permintaan udang pembabatan mangrove juga semakin massive dan ini berlanjut hingga kini. Aspek lain yang biasa terlupakan adalah pengadaan bibit udang,banyak kalangan berpendapat bahwa kemunduran produksi udang juga sangat dipengaruhi oleh bibit udang yang di import dari luar negeri. Berdasarkan teory konspirasi pihak luar merasa khawatir dengan tampilnya Indonesia sebagai produsen udang yang besar,sehingga mereka berusaha menanamkan potensi virus pada turunan indukan import yang kita beli,jika diuji indukan ini bebas virus namun keturunan indukan ini direkayasa sedemikian rupa agar rapuh terhadap terjangkitnya virus,hal ini kemudian menginfeksi udang lain di Indonesia,akhirnya pelan namun pasti Industri udang hancur berantakan,dimana-mana dengan mudah dijumpai usaha budidaya udang yang mangkrak.

Kejadian memilukan diatas sebenarnya sudah lama coba diantisipasi,salah satu institusi yang concern akan hal tersebut adalah BPPBAP (Balai Pengembangan dan Penelitian Budidaya Air Payau) di Maros. Mereka bekerja sama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Bulukumba pada awal februari 2015. Kedua institusi ini sepakat untuk menerapkan Budidaya Tambak dengan Bantuan Probiotik. Ilustrasi yang paling gampang mengenai penerapan probiotik ini adalah pada Minuman Yakult,dimana untuk melawan bakteri kita lawan dengan bakteri pula,bukan dengan penggunaan anti biotik apalagi obat-obatan berbahaya lainnya.

Untuk kerjasama awal antara BPPBAP Maros dan DKP Kab.Bulukumba disepakati lokasi percontohan adalah Babana Ujung Kec. Ujung Loe. Namun mungkin yang luput dari perhatian adalah bahwa substrat/tanah dasar tambak di daerah di maksud adalah berpasir. Keunggulan tambak berpasir biasanya adalah tanahnya bebas dari tanah masam,namun kelemahannya selain bersifat poros juga sangat miskin dengan zat hara,sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa bukan penerapan PROBIOTIK yang diperlukan untuk tambak seperti ini.Karena fungsi bakteri baik dalam probiotik selain berfungsi sebagai penetral bakteri jahat juga berfungsi untuk mensekresi kandungan biotik yang menumpuk di dasar tambak,dan biasanya penumpukan kandungan biotik ini lebih sering terjadi pada dasar tambak yang berlumpur.

Hal yang dibutuhkan pada tambak berpasir sebenarnya lebih banyak ke perbaikan konstruksi tambak dan perbaikan nutrient di dasar tambak,kebutuhan probiotik tidak terlalu mendesak. Tanda-tanda ini sebenarnya sudah dialami petambak dimana setelah pemupukan warna air tambak tidak berubah (bening) yang artinya kandungan nutrient di tambak ini tidak cukup untuk mendukung kehidupan udang karena tidak ada pertumbuhan plankton yang bisa menjadi pakan alami. Untuk mengantisipasi shortage/kekurangan nutrisi ini penulis menyarankan untuk memberi pakan tambahan dan memberi perlidungan tambahan diatas tambak mengingat kedalaman tambak dibawah 50 cm,hal ini sangat berbahaya bagi kehidupan udang. Sementara alasan dari peneliti BPPBAP bahwa tambak ini dulunya menggunakan pestisida masih belum bisa diyakini karena belum ada uji untuk itu,penulis lebih meyakini bahwa plankton tidak tumbuh karena nutrient di tambak berpasir memang sangat miskin.

Meski demikian langkah BPPAP maros dan DKP Kab.Bulukumba ini sangat bagus untuk mengembalikan kejayaan udang,meski sebenarnya masih banyak yang harus di diskusikan/dikaji lebih mendalam.Tentu autokritik ini lebih bertujuan untuk perbaikan.


Jangam sampai model penanggulangan masalah kita terkesan latah dan tidak menyentuh persoalan.


2 comments:

  1. pastikan kincir tambak udang anda menggunakan kincir yang berkualitas supaya hasil panen melimpah seperti yang dialami Bp Hassanudin Atjo di kab Barru. semoga para petambak di seluruh Sulawesi bangkit dan menjadi sukses dengan kekayaan melimpah. kunjungi http://kincirtambakudang.com/

    ReplyDelete
  2. Assalamu alaikum.
    Saya Khairil Anwar pallime warga bontotiro sangat menginginkan bantuan pengolahan tambak udang windu. Lahan yang luas sudah ada dekat pesisir pantai samboang. Tapi, tidak punya modal untuk menjalan usaha. Masalah mendasar untuk membuat pengolahan tambak disebabkan mendukung program pemerintah Bulukumba dan juga melihat perekonomian masyarakat yang kurang atas penghasilan. Jadi, saya berpikir bagaimana program budi daya ini terlaksana untuk membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakat setempat.

    ReplyDelete