Wednesday, May 3, 2023

Rumput Laut Cottoni Mulai Bangkit


Pendampingan Penyuluh pada Pembudidaya


Rumput laut euchema cottoni merupakan salah satu varietas unggulan dan bernilai ekonomis tertinggi saat ini diantara semua varian rumput laut. Cottoni (sebutan umum) bagi masyarakat ini merupakan sumber karagenan yang merupakan sumber bahan baku dari berbagai varian produk, baik itu produk kosmetik, obat-obatan dan makanan. 

Menurut Faizal Amdi Penyuluh Perikanan Kecamatan Bontobahari, dibanding dengan varian lain, rumput laut cottoni lebih mahal dari jenis rumput laut lainnya, kisaran harga rumput laut saat ini Rp.25.000-Rp.27.000/Kg, sementara jenis rumput laut lainnya yang juga sering dibudidayakan di laut adalah euchema spinosum (pemburu). Jenis pemburu ini harganya murah hanya sekitar Rp.4.000-Rp.5.000/Kg.

Namun demikian, meskipun budidaya rumput laut jenis Cottoni sangat menguntungkan namun dalam kurun waktu 1 (satu) tahun terakhir budidaya jenis ini mengalami banyak kendala, dimana terjadi wabah pemutihan rumput laut yang diduga ice-ice. Akibat wabah ini produksi rumput laut Kabupaten Bulukumba anjlok dari 206.087,6 Ton pada tahun 2021 menurun 8,1% di tahun 2022 menjadi 189.362,3 ton. Bahkan sebagian besar dari produksi di tahun 2022 tersebut didominasi dari jenis rumput laut pemburu, karena budidaya rumput laut jenis cottoni sulit untuk tumbuh sebagaimana mestinya. Hal ini memukul telak pada pembudidaya rumput laut, karena selain produksi anjlok nilai produksi juga semakin menurun karena harga jenis pemburu dinilai sangat murah.



Cerita pilu diatas mulai berbalik arah, pada awal april 2023 berkat kerja keras dari Penyuluh Perikanan dan Dinas Perikanan pelan tapi pasti wabah penyakit itu mulai bisa diatasi, rumput laut jenis Cottoni kembali mulai bergairah. Dengan modal bibit hasil kultur jaringan yang dibawah dari Balai Budidaya Air Payau Takalar budidaya cottoni digalakkan kembali. Melalui tangan dingin Faizal Amdi dan pantauan langsung Kabid Budidaya Perikanan Dani Susanto,S.Pi, pembudidaya didampingi sebaik mungkin dan meyakinkan mereka untuk percaya diri menebar cottoni kembali. Tentunya dengan panduan teknis yang memadai seperti perbaikan jarak tebar, peningkatan kedalaman bentangan (penenggelaman), teknik pemasangan bibit dan bentangan bahkan sampai tahap penjemuran dengan metode gantung semua diawasi secara ketat. Alhasil pembudidaya kembali sumringah karena mereka kembali berhasil membudidayakan cottoni.

Berdasarkan data dari Faizal Amdi penyuluh perikanan bonto bahari, kelompok juku ejayya di sapolohe sudah berhasil memproduksi 500 Kg/musim tanam dengan jumlah bentang 700. Produksi sebesar ini masih terhitung minim karena musim-musim sebelum wabah produksi untuk 700 bentang bisa mencapai 1 ton kering rumput laut. 

Lebih lanjut ichal sapaan akrab faizal amdi menjelaskan bahwa meskpun produksi belum kembali sedia kala namun saat ini belum ditemukan kendala berarti dalam aktifitas budidaya, perairan juga tampak jernih sehingga mendukung pertumbuhan rumput laut, adapun kendala kecil yang dihadapi hanya berupa arus yang cukup kencang yang berakibat pada putusnya tali bentangan. Namun kendala putusnya tali bentang ini bisa diatasi dengan panen parsial karena bentangan yang berat bisa menahan arus,' tambah ichal.   


No comments:

Post a Comment