Sunday, May 25, 2014

Profil Potensi Kelautan dan Perikanan Kab. Bulukumba

BAB I
KONDISI FISIK

A. LETAK DAN LUAS WILAYAH
Kabupaten Bulukumba terletak di bagian selatan Jasirah Sulawesi  dan berjarak kurang lebih 153 kilometer dari ibukota Propinsi Sulawesi Selatan terletak antara 05020¢ – 05040¢  lintang selatan dan 119058¢ – 120028¢ bujur timur. Berbatasan dengan Kabupaten Sinjai di sebelah utara, sebelah timur  dengan Teluk Bone, sebelah selatan  dengan Laut Flores, dan sebelah barat  dengan Kabupaten Bantaeng.
Luas wilayah Kabupaten Bulukumba sekitar 1.154,7 km2  atau sekitar 2,5 persen dari luas wilayah Sulawesi Selatan yang meliputi 10 (sepuluh) kecamatan dan terbagi ke dalam 27 kelurahan dan 99 desa.  Ditinjau dari segi luas kecamatan Gantarang dan Bulukumpa merupakan dua wilayah kecamatan terluas masing-masing seluas 173,5 km2 dan 171,3 km2 sekitar 30 persen dari luas kabupaten. Kemudian disusul kecamatan lainnya dan terkecil adalah kecamatan Ujung Bulu yang merupakan pusat kota Kabupaten dengan luas 14,4 km2 atau hanya sekitar 1 persen.
Sponsored By:

Wilayah Kabupaten Bulukumba hampir 95,4 persen berada pada ketinggian 0 sampai dengan 1000 meter diatas permukaan laut (dpl) dengan tingkat kemiringan tanah umumnya 0-400. Terdapat sekitar 32 aliran sungai yang dapat mengairi sawah seluas 23.365 Hektar, sehingga merupakan daerah potensi pertanian. Curah hujannya rata-rata 230 mm per bulan dan rata-rata hari hujan 11 hari per bulan.
b. Batas Wilayah :
- Utara : Kabupaten Sinjai
- Selatan : Laut Flores
- Barat : Kabupaten Bantaeng
- Timur : Teluk Bone
c. Panjang pantai : 128 km dengan karakteristik pada bagian timur didominasi oleh pasir putih (Sedimen Laut) sementara pada bagian barat didominasi pasir hitam (sedimen daratan). Jumlah kecamatan pesisir terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan. Panjang pantai tiap kecamatan menurut yaitu : Kecamatan Gantarang (10 km), Kecamatan Ujung Bulu (11,5  km), Kecamatan Bonto Bahari (48,2 km), Kecamatan Bonto Tiro (10,6 km), Kecamatan Herlang (16 km), Kecamatan Kajang (20,2 Km).
e. Luas wilayah laut 4 mil laut dari darat : 921.600 km².
f.  Jumlah pulau-pulau kecil di Kabupaten Bulukumba 2 (dua) buah pulau yang terdiri dari Pulau Kambing dan Pulau Liukang Loe.






           









Sumber : Bulukumba dalam Angka Tahun 2012
B. TOPOGRAFI
No.
Nama Pulau
Letak Geografis
Keterangan
Lintang
Bujur
1.
Liukang Loe
50 38.39’ LS – 50 39.702’ LS
1200 25.263’ BT – 1200 26.772’ BT
Luas Pulau 8.472,69 Meter Persegi (8,4 Km2). Jumlah penduduk 706 Jiwa (157 KK). Kawasan pulau ini berpotensi untuk pengembangan wisata bahari
2.
Kambing
50 40.832’ LS – 50 40.750’ LS
1200 28.687’ BT – 1200 28.577’ BT
Luas Pulau 2.249,31 Meter Persegi  (2.24 KM2). Pulau ini tidak berpenghuni namun berpotensi sebagai daerah penangkapan ikan karang serta berpotensi untuk menjadi destinasi wisata bahari (Bawah Air)
Sebagian besar wilayah kabupaten Bulukumba merupakan wilayah relatif datar (kelerengan 0 % - 2%) dengan luas 34 %, (kelerengan  2% - 4%)  dengan 46 %. Kelerengan (kelerengan  15% - 40%)  dengan luasan 16 % sementera untuk (kemiringan > 40%) hanya seluas 5 % dari total luasan Kabupaten Bulukumba.
C. KLIMATOLOGI
            Suhu rata-rata berkisar antara 23,82 0 C – 27,68 0 C. Suhu pada kisaran ini sangat cocok untuk pertanian termasuk perikanan. Kabupaten Bulukumba berada di sektor timur, musim gadu antara bulan oktober – maret dan musim rendengan antara april – september. Daerah dengan curah hujan tertinggi terdapat pada wilayah barat laut dan timur sedangkan pada daerah tengah memiliki curah hujan sedangkan pada bagian selatan curah hujannya rendah. Adapun curah hujan di  Bulukumba meliputi :

a.    Curah hujan antara 800 – 1.000 mm/tahun meliputi Kecamatan Ujung Bulu, sebagian Gantarang, sebagian Ujung Loe dan Bonto Bahari.
b.    Curah hujan antara 1.000 – 1.500 mm/tahun meliputi sebagian Gantarang, sebagian Ujung Loe dan Bonto Tiro.
c.    Curah hujan antara 1.500 – 2.000 mm/tahun meliputi Kecamatan Gantarang, sebagian Rilau Ale, sebagian Ujung Loe, sebagian Kindang, sebagian Bulukumpa, sebagian Bontotiro, sebagian Herlang dan Kecamatan Kajang.
d.    Curah hujan antara  2.000 mm/tahun meliputi Kecamatan Kindang, Kecamatan  Rilau Ale, Kecamatan Bulukumpa dan Kecamatan Herlang.
D. Kondisi Geologi
            Kondisi fisik geologi Bulukumba berdasarkan litostratigrafi dapat dibagi menjadi satuan batuan yang terdiri dari Formasi Walanae yang penyebaran batuan terutama di daerah Kecamatan Kajang, Herlang dan Ujung Bulu. Batuan Gunung Api Lompobattang 1 dan penyebarannya di wilayah Kecamatan Kindang dan Bulukumpa. Batuan Gunung Api Lompobattang II yang penyebarannya di wilayah Kecamatan Kindang bagian utara serta endapan Aluvium dimana sebaran endapan aluvium ini terdapat di daerah dataran rendah bagian selatan dan pada sungai-sungai.
            Struktur geologi yang terdapat di wilayah Kabupaten Bulukumba terdiri atas perlipatan dab sesar serta kekar. Sesar secara umum berarah Utara-Selatan sampai Barat Laut – Tenggara, berupa sesar geser dan sesar normal; batuan yang tersesarkan adalah batuan formasi Walanae. Sesar ini terbentuk oleh adanya gaya mendatar pada Kala Pilosen. Kekar pada batuan umumnya berarah Barat Laut – Tenggara dan Timur Laut – Barat Daya, berupa kekar terbuka dan kekar tertutup dengan intensitas rendah, pada batuan Lava Andesit dan Basal; serta pada batuan sedimen Formasi Walanae, Kekar pada batuan tersebut terbentuk adanya proses geologi gaya pembentuk perlipatan dan sesar.
E. Jenis Tanah
            Jenis tanah yang terdapat di wilayah Kabupaten Bulukumba adalah sebagai berikut :
a. Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Bulukumba berkembang dari 2 macam batuan yang berasal dari proses yang berbeda, 1) batuan yang berasal dari proses endapan darat yang meliputi endapan aluvial, satuan fluvia vulkanik, satuan aglomerat, satuan breksi laharik, satuan breksi vulkanik (Batuan Gunung Api Lompobatang serta batuan beku terobosan dan lelehan 2). Batuan yang berasal dari proses sedimen endapan laut yang meliputi satuan batu gamping dan satuan napal (Formasi Walanae dan Anggota Selayar formasi walanae).
b. Proses petrogenesa yang terjadi di Kabupaten Bulukumba menyebabkan terbentuknya beberapa macam jenis tanah, yaitu : Aluvial Hidromorf, Andosol, Regina, Laterik, Litosol, Mediterania, Planosol dan Regosol.
F. Hidrologi
            Potensi keterpadatan dari air permukaan sangat bergantung pada iklim, bentang alam, jenis sifat fisik batuan dan tanah, penggunaan lahan serta kondisi struktur geologi. Sungai utama di Kabupaten Bulukumba, anatara lain yaitu Sungai Bilao, Bijawang, Balantiyeng dan Antorang, sungai-sungai tersebut termasuk tipe sungai permanen (berair dan mengalir sepanjang tahun). Cabang-cabang sungai tersebut merupakan sungai-sungai kecil berair dan mengalir pada musim hujan yang disebut sungai intermitten, yaitu pada musim hujan kondisi aliaran air permukaan debitnya besar sedangkan pada musim kemarau dengan debit kecil sehingga kering.
            Pola aliran sungai di Kabupaten Bulukumba terdiri atas, pola aliran sungai radial, subdentrik dan multibasinal adalah sebagai berikut :
a.    Tipe aliran sungai radial terdapat pada lereng tenggara kompleks Gunung Api Lompobattang, mengalir pada batuan dasar batuan konglomerat, breksi vulkanik, dan endapan fluvia vulkanik.
b.    Tipe aliaran subdendrik menyebar di Bagian timur Kabupaten Bulukumba dan mengalir pada batuan dasar Formasi Walanae, yaitu batuan napal, batu pasir, batu pasir tufaan, sifat fisik batuan tingkat kekerasan seragam dan terletak pada bentang alam dengan topografi bergelombang lemah.
c.    Tipe aliran multi basinal menyebar di bagian tenggara, yaitu di Kecamatan Bonto Tiro dan Bonto bahari, merupakan jenis pola pengaliran yang terletak pada batu gamping/batu kapur.
G. Hidro – Oseanografi
            Tinggi gelombang di Pantai Bulukumba dipengaruhi oleh arah dan kecepatan angin ke arah pantai, arah angin yang dapat membangkitkan gelombang/ombak berasal dari timur laut, tenggara dan selatan (balai Meteorolgi dan Geofisika Wil. IV) tinggi gelombang signifikan di Pantai Bulukumba dominan berkisar antara interval 0,51  sampai 1,0 m dengan periode 2 sampai 4 detik dan arah dominan gelombang berasal dari arah tenggara.
H. Arus Pantai
            Arus disekitar pantai terdiri atas arus pasang surut, arus susur pantai dan arus tolak pantai. Arus pasang surut dibangkitkan oleh pasang surut laut yang terjadi sebelum gelombang/ombak pecah, dan arus susur pantai serta arus tolak pantai dibangkitkan oleh gelombang setelah pecah. Arus pantai di Kabupaten Bulukumba antara lain dari arah Timur Laut, Timur, Tenggara dan dari arah selatan.
I. Pasang Surut
            Pasang surut di pantai Kabupaten Bulukumba yaitu terjadi dua kali pasang, yaitu tertinggi rata-rata : 0,866 meter dan pasang terendah rata-rata: 0,202 meter. Tipe pasang surut adalah tipe campuran.
J. Sedimentasi
            Sedimentasi yang terjadi di Kabupaten Bulukumba terjadi pada garis pantai yang berhadapan langsung dengan Laut Flores di Bagian Selatan dan pantai yang berhadapan langsung dengan teluk bone. Kemiringan dasar pantai berkisar antara 10% - 30 %, sedimentasi berupa material lepas berukuran lempung hingga kerikil. Material-material tersebut merupakan hasil pelapukan dari batua-batuan dari daerah daratan. Sedangkan pantai di bagian timur merupakan pantai terjal, mulai dari Tanah Beru hingga daerah Kajang, kemiringan lereng dasar pantai  berkisar antara 60% - 100%, batuan penyusunan pantai dari batu gamping (Anggota Selayar Formasi Walanae). Sedimentasi di daerah pantai ini merupakan hasil abrasi terhadap pantai, material berupa material lepas berukuran bongkah hingga pasir dan terendapan disekitarnya membentuk endapan aluvial pantai.
















BAB II
VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI
DAN ARAH KEBIJAKAN
1.            V i s i
Dinas Kelautan dan Perikanan sebagai lembaga teknis Daerah dibidang Kelautan dan Perikanan dalam melaksanakan kegiatan berdasarkan Visi Dinas Kelautan dan Perikanan yaitu :
Jadikan Potensi Kelautan dan Perikanan sebagai harapan masa depan“
2.            M i s i
Pembangunan Kelautan dan Perikanan di Bulukumba dirumuskan sebagai berikut :
1.      Mengembangkan, membina dan memfasilitasi kepentingan nelayan dan pembudidaya serta pelaku usaha perikanan lainnya dalam meningkatkan kesejahteraan secara berkesinambungan.
2.      Pengendalian, pengawasan dan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan, serta jasa-jasa lain secara berkelanjutan.
3.      Menciptakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha yang lebih produktif.
4.      Meningkatkan penyediaan bahan pangan sumber protein hewani/ikan.
5.      Meningkatkan sumber daya manusia kelautan dan perikanan.
3.     Tujuan Dan Sasaran
Adapun tujuan pembangunan kelautan dan perikanan yang ditetapkan adalah sebagai berikut :
-         Meningkatkan kesejahteraan hidup dengan kemandirian nelayan/pembudidaya ikan.
-         Meningkatkan produktifitas hasil-hasil perikanan.
-         Meningkatkan pembinaan dan pengawasan pengelolaan sumberdaya ikan dan kelautan.
-         Meningkatkan kelembagaan di tingkat nelayan/pembudidaya ikan.
Sedangkan sasaran pembangunan Kelautan dan Perikanan    adalah :
1.    Tercapainya peningkatan produksi perikanan.
2.    Tercapainya peningkatan pendapanan pembudidaya ikan/nelayan.
3.    Tercapainya peningkatan konsumsi ikan.
4.    Tercapainya penyerapan tenaga kerja.
5.    Meningkatnya jumlah armada dan alat tangkap.
6.    Tercapainya peningkatan sarana dan prasarana.
4.    Strategi dan Kebijakan Dinas Kelautan dan Perikanan
Didalam mewujudkan Visi dan menjalankan Misi, serta mencapai tujuan dan sasaran seperti tersebut diatas, ditempuh dengan strategi yaitu :
1.    Peningkatan produksi perikanan
2.    Peningkatan pendapanan nelayan,  pembudidaya dan pelaku usaha perikanan lainnya.
3.    Penyerapan tenaga kerja
4.    Peningkatan sarana dan prasarana Kelautan dan Perikanan.
5.    Pelestarian sumber daya kelautan dan perikanan
Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, maka langkah selanjutnya adalah menentukan kebijakan sebagai berikut :
1.    Pemberdayaan masyarakat nelayan, pembudidaya dan pelaku usaha perikanan lainnya  diarahkan pada:
-       Menjalin kemitraan antara nelayan dan pembudidaya  dengan stakeholders lainnya.
-        Penguatan kelembagaan nelayan, pembudidaya dan pelaku usaha dengan dukungan pembinaan teknis dan manajerial.
-        Memfasilitasi peningkatan SDM  kelautan dan perikanan.
-       Pengembangan aqua bisnis  dan aqua industri berbasis masyarakat dan potensi lokal, diarahkan pada orientasi pasar dan diversifikasi produk.
2.    Penataan pola pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan
-          Zonasi pemanfaatan wilayah pesisir dan laut
-          Pengembangan Minapolitan dan  Industrialisasi
-          Penataan ruang wilayah pesisir dan laut
-          Pembentukan kawasan perlindungan sumber daya kelautan
-          Pengawasan dan pengendalian pemanfaatan sumber daya


BAB III. KONDISI KELAUTAN DAN PERIKANAN
                KABUPATEN BULUKUMBA

3.1. Kondisi Umum Kelautan dan Perikanan  Kab. Bulukumba
 





            Jika ditinjau dari segi geografis Kabupaten Bulukumba adalah salah satu Kabupaten yang sangat potensial dari aspek kelautan dan perikanan. Daerah ini terletak antara  2 (dua) buah lautan yaitu laut  flores dan teluk bone. Posisi strategis ini memungkinkan Kabupaten Bulukumba untuk menjadi pusat PELAYANAN MARITIM untuk kawasan selatan Sulawesi Selatan, bahkan dengan posisi ini Bulukumba diproyeksikan untuk menjadi pusat pelayan pada bagian timur Indonesia. Selain dari pada itu dengan letak geografis tersebut nelayan Bulukumba hampir tidak dipengaruhi oleh musim, karena pada Musim Barat dimana gelombang kencang terjadi pada laut flores nelayan berpindah ke teluk bone untuk menangkap, begitupula sebaliknya pada musim timur nelayan berpindah ke laut flores untuk melakukan aktifitas penangkapan ikan. Sistuasi ini berdampak positif terhadap suistainabilitas produksi perikanan karena para pengusaha mendapankan jaminan supply produksi yang kontinyu.
            Sisi positif lain yang dimiliki oleh Kabupaten Bulukumba dari aspek maritim adalah Budaya Bahari yang kuat, hal ini bisa dilihat adanya industri pembuatan Kapal Phinisi yang berlangsung secara turun temurun. Pengetahuan konstruksi perkapalan mereka tidak diperoleh melalui jalur legal formal melainkan melalui adanya insting kuat yang ditempa oleh kondisi alam dan sosial kultur bahari yang kuat. Metoda pembangunan kapal Phinisi mereka juga sangat berbeda dengan daerah lainnya. Jika di daerah lainnya pembuatan kapal dimulai dari rangka justru di Kabupaten Bulukumba pembangunan kapal dimulai dengan pemasangan dinding baru kemudian diikuti dengan pemasangan rangka. Namun justru dengan metode pemasangan konstruksi seperti itu kapal Phinisi Made in Bulukumba sangat stabil dalam menghadapi gelombang.
            Selain itu Kab. Bulukumba memiliki potensi Kelautan dan Perikanan yang cukup tinggi, produksi perikanan tangkap pada Tahun 2012 mencapai 32.735 Ton sementara produksi perikanan perikanan budidaya sebesar 21.431,2 Ton, adapun rincian potensi perikanan dimaksud sbb:

JENIS PERIKANAN
2008
2009
2010
2011
2012
Rata-Rata Kenaikan (%)
1
2
3
4
5
6
7
   1. GANTARANG
5.345,4
4.239,99
4.277,38
4.427,00
4.558,93
-3,33
   2. UJUNG BULU
2.661,5
6.185,81
6.286,26
6.388,00
6.642,20
34,91
   3. UJUNG LOE
4.579,1
909,76
939,24
973,00
990,50
-17,87
   4. BONTO BAHARI
7.559,6
5.300,87
5.372,64
6.012,90
5.706,41
-5,43
   5. BONTO TIRO
1.200,0
1.476,01
1.423,84
1.314,00
1.594,00
8,27
   6. HERLANG
3.853,0
5.535,94
5.615,33
5.991,00
5.947,68
12,77
   7. KAJANG
5.544,0
6.660,17
6.775,99
7.753,00
7.295,58
7,60
Jumlah
     30.742,6
          30.308,5
    30.690,7
    32.858,9
    32.735,3
1,63

Tabel 1 : Produksi Perikanan Tangkap



Gambar 3.1 : Trend Produksi Perikanan Tangkap 2008 – 2012
Berdasarkan data Time Series diatas terlihat bahwa secara umum produksi perikanan tangkap mengalami peningkatan sebesar 1,63 %. Peningkatan produksi ini secara linier berbanding lurus dengan upaya pemerintah Kab. Bulukumba khususnya Dinas Kelautan dan Perikanan dalam merestrukturisasi Armada Penangkapan Ikan. Baik armada penangkapan ikan berkapasitas kecil (5 GT) sampai pada armada dengan kapasitas cukup besar (30 GT).
            Meskipun secara umum Produksi perikanan tangkap di Kab. Bulukumba mengalami peningkatan, namun terdapat 3 (tiga) dari 7 (tujuh) kecamatan pesisir yang ada mengalami trend penurunan produksi. Adapun kecamatan yang mengalami penurunan produksi tersebut adalah Kecamatan Gantarang, Kecamatan Ujung Loe, dan Kecamatan Bonto Bahari. Penurunan ini disebabkan bukan karena penurunan kinerja para nelayan ataupun berkurangnya sumber daya melainkan karena pada 3 (tiga) kecamatan ini terjadi peralihan Mata Pencaharian, dimana para nelayan banyak yang beralih menjadi petani Rumput Laut baik sebagai pekerjaan alternatif (separuh pembudidaya separuh nelayan) maupun sebagai pembudidaya secara menyeluruh (menjadi pekerjaan pokok).
            Kecamatan yang mengalami peningkatan produksi paling tinggi  adalah Kecamatan Ujung Bulu sebesar 34,91 %, disusul Kecamatan Herlang 12,77% dan Kecamatan Kajang 7,60%. Peningkatan produksi paling tinggi pada Kecamatan Ujung Bulu dikarenakan Kecamatan ini merupakan Ibu Kota Kabupaten Bulukumba, sehingga di wilayah kecamatan terdapat pangsa pasar yang bagus untuk pemasaran produksi perikanan, hal ini yang menarik minat para nelayan untuk mendaratkan hasil tangkapannya di wilayah ini. Selain itu produksi perikanan yang di daratkan didominasi oleh ikan pelagis kecil yang bukan merupakan komoditas ekspor utama.komposisi produksi tersebut sangat cocok dengan konsumen ikan domestik yang lebih memilih mengkonsumsi ikan pelagis kecil. Sementara itu untuk Kecamatan Herlang dan Kajang peningkatan produksi disebabkan karena peningkatan jumlah dan kapasitas armada penangkapan, selain itu penggunaan teknologi seperti teknologi GPS yang menggunakan satelit turut membantu dalam peningkatan produksi tersebut. Faktor lain yang menjadi penyebab adalah dengan diluncurkannya program Minapolitan Perikanan Tangkap dimana dari 7 (tujuh) kecamatan pesisir masuk dalam zona Minapolitan. Zona Minapolitan ini terdiri dari Zona Inti yaitu Kecamatan Kajang dan Zona Penyangga/Pengembangan terdiri dari kecamatan Bonto Tiro, Herlang, Bonto Bahari, Ujung Loe, Ujung Bulu dan Gantarang.


Gambar 3.2 : Lokasi Perairan Kab. Bulukumba
 









Gambar 3.3 : Garis Batas Wilayah Perairan Kab. Bulukumba

            Berdasarkan Undang-undang Otonomi Daerah Tahun 2004, wilayah kewenangan perairan untuk Kabupaten sebesar 4 Mill Laut dari wilayah daratan. 1 Mil laut = 1,852 km berarti wilayah laut Kab. Bulukumba kearah laut sepanjang 7.408 km. Dengan panjang garis pantai sepanjang 128 KM maka luas wilayah pengelolaan perairan Kab. Bulukumba seluas 948.224 KM2.
Tabel 2 : Produksi Perikanan Budidaya
JENIS PERIKANAN
2008
2009
2010
2011
2012
Rata-Rata Kenaikan (%)
1
2
3
4
5
6
7
A. AIR PAYAU (TAMBAK)
    6.667,1
     5.507,1
     5.080,4
    5.478,2
     4.380,8
-9,34
1.GANTARANG
1.485,60
966,30
1.120,50
1.046,90
927,00
-9,25
2.UJUNG BULU
498,10
416,10
419,30
331,40
263,90
-14,26
3.UJUNG LOE
1.297,70
1.423,80
1.514,50
2.913,70
2.210,90
21,09
4.BONTO BAHARI
430,70
359,40
342,20
235,10
162,60
-20,87
5.BONTO TIRO
222,90
205,50
172,00
80,60
83,50
-18,41
6.HERLANG
1.302,00
182,70
202,40
69,50
52,90
-41,18
7.KAJANG
1.430,10
1.953,30
1.309,50
801,00
680,00
-12,58






B. BUDIDAYA LAUT
    6.702,8
     5.578,1
     7.214,8
    14.033,10
      16.584
31,31
1.GANTARANG
1755,8
1.680,40
2168,9
4004,2
    4.572,00
30,89
2.UJUNG BULU
1672,1
498,10
1.760,00
3.181,90
    3.713,50
70,16
3.UJUNG LOE
1735,4
1.654,80
1.686,80
3.274,70
    4.243,00
30,25
4.BONTO BAHARI
1539,5
1.744,80
1.599,10
3.572,30
    4.055,00
35,47
5.BONTO TIRO
                  -  
                    -  
                   -  
                   -  
                   -  
               -  
6.HERLANG
                  -  
                    -  
                   -  
                   -  
                   -  
               -  
7.KAJANG
                  -  
                    -  
                   -  
                   -  
                   -  
               -  
C. K O L A M
         68,9
        108,9
        181,6
       124,5
        312,4
61,07
1.GANTARANG
                  -  
                 1,5
20,70
21,50
25,50
325,62
2.UJUNG BULU
                  -  
                    -  
                   -  
0,00
0,00

3.UJUNG LOE
                  -  
                    -  
11,90
15,10
15,70
7,72
4.BONTO TIRO
                  -  
                    -  
                   -  
0,00
1,50
1,50
5.HERLANG



4,80
11,00
32,29
6.KAJANG



5,60
19,00
59,82
7.BULUKUMPA
             43,9
               69,3
94,50
10,50
136,50
301,33
8.RILAU ALE
             25,0
               38,1
54,50
67,00
103,20
43,10
9.KINDANG
             21,2
               21,2
36,10
50,00
77,50
40,95
D. S A W A H
           1,4
            4,0
          13,5
         47,5
          63,0
176,92
1.GANTARANG
                  -  
                    -  
                   -  
                7,5
                 6,0
-5,00
2.UJUNG LOE



                3,0
                   -  
-25,00
3.BULUKUMPA
               1,0
                 2,9
8,10
20,50
31,00
143,40
4.RILAU ALE
               0,4
                 1,1
5,40
16,50
26,00
207,26
5.KINDANG
               0,5
                 0,9
3,20
18,50
16,00
200,04
TOTAL
   13.440,2
     11.198,1
    12.490,3
    19.683,3
    21.339,7
15,22

Tabel 1 : Trend Produksi Perikanan Budidaya

            Untuk sub sektor budidaya Trend produksinya sedikit fluktuatif dan perkembangnya mengalami trend yang berbeda antara jenis Budidaya. Untuk budidaya tambak terlihat bahwa selama 5 (lima) tahun terakhir mengalami penurunan sekitar 9,34 %, penurunan tertinggi terjadi pada tahun 2012 dimana pada tahun 2011 produksi tambak mencapai 5.478,2 Ton dan pada Tahun 2012 turun menjadi 4.380,8 Ton atau turun 1.097,4 Ton. Penurunan produksi ini disebabkan karena secara umum kondisi tambak sudah menurun dalam mendukung kehidupan komoditas yang dibudidayakan. Tanah dasar tambak umumnya mengalami kondisi yang masam karena pada saat budidaya para pembudidaya belum menerapkan sepenuhnya kaidah-kaidah CBIB (Cara Berbudidaya Ikan yang Baik). Akibat minimnya pengelolaan dasar tambak yang minim ini, nilai pH tanah dasar tambak menurun ke level 5 – 6, padahal kondisi ideal yang direkomendasikan adalah pH 7. Dengan menurunnya nilai pH ini, kandungan nitrogen yang terkandung dalam pupuk akan berubah menjadi nitrit yang tentunya justru akan menjadi racun bagi komoditas budidaya. Dengan kondisi seperti ini seberapa banyak pun pupuk yang di introduksi ke tambak justru akan berdampak negatif pada tambak.
            Selain kondisi itu, penyebab lain dari menurunnya produksi tambak adalah suplai air ke wilayah tambak kurang memadai, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Untuk mengatasi hal ini diperlukan normalisasi saluran tambak sekaligus menerapkan sistem irigasi gravitasi untuk menekan biaya dalam produksi.
            Untuk sub sektor budidaya laut (budidaya rumput laut), sub sektor ini merupakan sub sektor yang sangat agresif dalam peningkatan produksi. Pada Tahun 2010 produksi rumput laut baru mencapai 7.214,8 ton, namun  pada tahun 2011 meningkat menjadi 14.033,1 Ton dan pada Tahun 2012 kembali meningkat dengan produksi sebesar 16.583,5 Ton atau sebesar 297,3 %. Peningkatan yang fantastis ini karena banyak nelayan dan masyarakat lain non perikanan yang berpindah menjadi pembudidaya Rumput Laut sehingga terjadi ekstensifikasi dan intensifikasi budidaya. Peralihan pekerjaan ini terjadi karena berbudidaya rumput laut cukup mudah dengan modal dan resiko usaha yang terbilang kecil, ditambah dengan arti penting komoditas ini sebagai komoditas Ekspor semakin menempatkannya sebagai komoditas andalan untuk penghasil devisa. Pengembangan rumput laut ini berkontribusi besar terhadap penyerapan tenaga kerja di Kab. Bulukumba dimana pada Tahun 2012 jumlah tenaga kerja yang terserap sekitar 3.204 Rumah Tangga Perikanan (RTP) atau 9.612 orang. Selain itu kualitas rumput laut di Kab. Bulukumba terkenal oleh kalangan eksportir lebih berkualitas dibanding dengan daerah lainnya, posisi ini juga sangat mendukung Prop. Sulawesi Selatan sebagai daerah penghasil rumput laut di Indonesia bahkan penghasil rumput laut terbesar ke 2 di dunia setelah Philphine untuk euchema.
            Untuk budidaya kolam jika dibandingkan dengan potensi air tawar yang ada, aktifitas berbudidaya ini belum mengalami perkembangan yang significant meski selama 5 (lima) tahun terakhir sudah mengalami peningkatan produksi sebesar 61,07 %, namun orientasi produksi ikan air tawar ini belum mengarah pada komersial melainkan masih berbasis pada konsumsi semata. Dengan demikian jika ditinjau dari aspek ekonomi budidaya air tawar ini belum berdampak banyak terhadap peningkatan income (pendapanan) masyarakat meskipun diantara beberapa pembudidaya sudah ada yang menjual hasil produksinya. Orientasi masyarakat yang masih lebih banyak ke konsumsi ini karena kurangnya pangsa pasar baik itu lokal maupun ke regional. Strategi awal yang bisa dilakukan adalah memasyarakatkan konsumsi ikan air tawar pada penduduk Bulukumba, dimana saat ini penduduk lokal masih lebih menyukai ikan laut dibanding ikan air tawar padahal baik gizi dan rasa ikan air tawar tidak kalah bagus dengan ikan air laut.

3.2. Kondisi Pesisir Kab. Bulukumba
 



Kedalaman perairan Kabupaten Bulukumba sangat berpariasi mulai kedlaman rendah sampai kedalaman ratusan meter atau tergantung lokasinya, demikian juga topograpi pantainya mulai dari landai sampai terjal (curam). Kedalaman rendah dan topografi landai dapat ditemukan pada sepanjang pantai bagian selatan Kabupaten Bulukumba sedangkan perairan dalam dan terjal pada umumnya ditemukan pada bagian timur. Kondisi kedalaman perairan Kabupaten Bulukumba disajikan pada Gambar 3.4







Gambar 3.4.  Peta Batimetri Wilayah Pesisir Kabupaten Bulukumba
(a)      Panjang Garis Pantai
Wilayah pesisir Kabupaten Bulukumba mempunyai panjang pantai sekitar 120 km yang diukur melalui citra satelit Landsat TM akuisisi April dan Juli 2010, mulai dari ujung barat (Pantai Selatan) sampai ujung utara atau Pantai Timur (dari Kecamatan Gantarang sampai Kecamatan Kajang. Garis pantai terpanjang terdapat di kecamatan Bontobahari yaitu sekitar 48 km (termasuk Pulau Liukang Loe (8 km) dan Pulau Kambing (2 km)), sedangkangaris pantai terpendek yaitu Kecamatan Gantarang dengan panjang sekitar 8 km.  Panjang pantai masing-masing kecamatan dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3. Panjang Garis Pantai Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Bulukumba
No.
Kecamatan
Panjang Pantai
(Km)
Prosentase
(%)
1
Gantarang
8
6,67
2
Ujung Bulu
12
10,00
3
Ujung Loe
13
10,83
4
Bontobahari
48
40,00
5
Bontotiro
9
7,50
6
Herlang
13
10,83
7
Kajang
17
14,17
Total
120
100,00
Sumber : Hasil Analisis Citra Satelit Landsat TM Kabupaten Bulukumba Tahun 2010
b)   Tipologi Pantai
Berdasarkan lithologinya, pantai di Kabupaten Bulukumba dapat dibedakan dalam beberapa tipe yaitu:
1).        Pantai Bermangrove. Pantai tipe ini dicirikan oleh vegetasi mangrove dan endapan aluvium berlumpur organik dan lumpur berpasir serta pecahan cangkang karang Pantai bermangrove umumnya terdapat di wilayah pesisir selatan.



Gambar 3.5. Pantai Bermangrove di Kecamatan Ujung Loe
 


2).   Pantai liat berpasir dan berlumpur.  Tipe pantai ini merupakan pantai pasang surut yang lebar, biasanya terdapat pada muara-muara sungai.  Beberapa bagian terdapat vegetasi mangrove
dengan dari jenis Nipa.  Pada daerah permukiman, pantai ini sebagian besar telah ditembok untuk mengatasi abrasi pantai.

 






            
Gambar 3.6.   Pantai Liat Berpasir dan Berlumpur
3).   Pantai berpasir dan berpasir putih. Pantai berpasir dan berpasir putih merupakan pantai datar dengan sedimen biogenous berasal dari sisa-sisa rangka organisme laut. Pantai berpasir terdapat di wilayah pesisir Selatan Kabupaten Bulukumba, yakni di Kecamatan Gantarang, Ujung Bulu dan Ujung Loe, sedangkan pantai berpasir putih umumnya ditemukan Bonto Bahari, Pulau Liukang Loe, Bontotiro, Herlang dan Kajang.  
 






Pantai berpasir putih di Dharmacamplong

Pantai di P. Mandangin-pantai berpasir putih
Gambar 3.7. Pantai Berpasir di Kecamatan Gantarang dan Ujung Loe

Gambar 3.8. Pantai Berpasir putih di Tanjung Bira Kecamatan Bontobahari
 







3).   Pantai berbatu. Pantai ini merupakan pantai yang pada umunya berbukit dan berdindin curam. Jenis pantai ini terdapat pada bagian timur Kabupaten Bulukumba yakni di kecamatan kajang, Herlang, dan Binto Tiro. Sedangkan di pantai selatan hanya ditemukan di Kecamatan Bonto Bahari

 





  Gambar 3.9.   Pantai Berbatu di Kecamatan Bontotiro
5).  Pantai reklamasi.  Pantai yang telah direklamasi untuk pembangunan permukiman, pelabuhan/dermaga, dan lain-lain. Jenis pantai ini berada pada sepanjang pantai  bagian selatan Kabupaten Bulukumba.





 Gambar 3.10.   Pantai Reklamasi di Kecamatan Ujung Bulu
 (c).  Morfologi Pantai
Morfologi pantai di Kabupaten Bulukumba sebagian besar merupakan pantai landai dibagian selatan dan berbukit pada pantai Timur.  Kondisi relif tanah atau kemiringan lereng pada tujuh kecamatan yang masuk sebagai kawasan wilayah pesisir dan laut Kabupaten Bulukumba, yaitu 0-40%. Tingkat kemiringan lereng wilayah pesisir dan laut didominasi oleh kemiringan lereng 2 – 25% dengan luas 33,806 Ha, sedangkan kemiringan lereng > 40% merupakan bahagian terkecil yaitu 834 Ha.
Bentang alam ditinjau dari relif permukaan tanah, maka wilayah pesisir dan laut Kabupaten Bulukumba dikatagorikan sebagian dearah datar sampai berelombang dan berbukit. Namun pada umumnya wilayah pesisir dan laut Kabupaten Bulukumba merupakan wilayah dataran rendah dengan tingkat kemiringan lereng sekitar  0 – 15%.
(d)   Abrasi Pantai
Gelombang yang memecah di pantai merupakan penyebab utama proses abrasi pantai.  Pada saat gelombang memecah di bibir pantai terjadi run up, kemudian surut kembali ke laut dan membawa sedimen/material di sekitar pantai, sedimen ini disebut littoral drift. Sebagian besar gelombang datang dengan membentuk sudut tertentu terhadap garis pantai, dan menimbulkan arus sejajar garis pantai (longshore current), yang menggerakkan  littoral drift atau sedimen sekitar garis pantai dalam bentuk zigzag sebagai akibat datang dan surutnya gelombang ke laut. 
Abrasi merupakan proses geologi yang dominan di wilayah pesisir Kabupaten Bulukumba, baik di wilayah pesisir selatan maupun Timur. Secara alamiah  diduga kemunduran garis pantai akan terus berlangsung sebagai akibat perubahan iklim global terutama meningkatnya suhu yang mengakibatkan  permukaan air laut relatif terhadap  tanah terus naik. Proses abrasi umumnya terjadi pada kondisi cuaca musiman yang membangkitkan gelombang ekstrim pada musim barat dan musim timur. 
 






        Gambar 3.11. Tipologi Pantai (Abrasi) di Kecamatan Ujung Bulu
Pantai-pantai di Kabupaten Bulukumba sebagian besar juga telah megalami abrasi yang disebabkan karena rusaknya formasi mangrove dan terumbu karang yang melindungi pantai.  Abrasi pantai di daerah ini mengancam keberadaan jalan dan permukiman penduduk.
Di wilayah pesisir bagian Timur terjadi abrasi pantai yang disebabkan oleh terbatasnya pelindung pantai (mangrove) dan pengambilan pasir serta batu-batu di pantai.  Hampir sepanjang pantai di wilayah pesisir mengalami abrasi yang sangat mengancam infrastruktur (jalan dan jembatan) serta permukiman penduduk. Abrasi yang parah terjadi di Kecamatan Ujung Bulu.


















BAB IV. FASILITAS YANG DIMILIKI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

4.1. Fasilitas Bidang Perikanan Tangkap
 





a.    Pelabuhan Perikanan  (PPI) / TPI
Kab. Bulukumba memiliki  7 (tujuh) Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dan TPI, yang mana diantaranya adalah :
1.    TPI Bintarore Kec. Gantarang
2.    TPI Bentenge Kec. Ujung Bulu
3.    TPI Panrang Luhu Kec. Bonto Bahari
4.    TPI Bajange Kec. Herlang
5.    TPI Para-Para Kec. Bonto Tiro
6.    PPI Tanah Lemo Kec. Bonto Bahari
7.    PPI Kajang Kec. Kajang (Zona Inti Minapolitan)

Dari sekian banyak TPI dan PPI diatas, PPI Kajang merupakan Zona Inti Minapolitan dan merupakan PPI terbesar yang ada di Kab. Bulukumba, namun demikian PPI Tanah Lemo merupakan PPI terbesar kedua dan masih dalam tahap pengerjaan. PPI Tanah Lemo Bonto Bahari di proyeksikan untuk menjadi salah satu pelabuhan perikanan yang akan melayani kawasan selatan sulawesi selatan khusunya dalam pelayanan maritim perikanan. Pembangunan PPI di Bonto Bahari ini dimaksudkan dalam mengakselerasi pertumbuhan Minapolitan, dimana saat ini PPI dan TPI yang ada belum mampu menjadi pengungkit utama dalam pertumbuhan ekonomi, sehingga dibutuhkan PPI penyangga yang membantu dalam meningkatkan konetivitas antar zona di wilayah Minapolitan. Selain itu PPI ini dimaksudkan sebagai pintu masuk nelayan luar dari arah laut flores, sementara PPI Kajang berfungsi untuk melayani secara langsung aktfitas berlabuh yang berlangsung di Teluk Bone.

Selain dari PPI diatas, TPI juga memerankan peranan yang tidak kalah pentingnya, terutama dalam rantai pemasaran hasil perikanan. TPI yang tersebar di semua wilayah kecamatan pesisir ini merupakan ujung tombak dalam pemasaran hasil perikanan bahkan menjadi indikator utama dalam kemajuan industri perikanan  di Kab. Bulukumba.
 







Gambar 4.1. Pintu Gerbang PPI Kajang
 









Gambar 4.2. Gedung Pelelangan Ikan



 





               


Gambar 4.3. Fasilitas Dermaga PPI Kajang
 








    Gambar 4.4. Cause Way PPI Tanah Lemo Kec. Bonto Bahari (Under Construction)






 









       Gambar 4.5. Break Water PPI Tanah Lemo Kec. Bonto Bahari (Under Construction)

b.    Kapal Pengawas
Dalam rangka mengawasi sumber daya kelautan dan perikanan di Kab. Bulukumba, Dinas Kelautan dan Perikanan memiliki 1 (satu) unit kapal pengawas dan 1 unit speed boat, namun speed  boat ini untuk sementara tidak digunakan karena saat ini dalam kondisi rusak.Sementara kapal pengawas lain yang berupa kapal kayu masih aktif digunakan bahkan telah berhasil melakukan penangkapan pelaku pemboman di lokasi.

 









Gambar 4.6. Kapal Pengawas DKP
Dari gambar terlihat bahwa kapal patroli pengawasan sumber daya laut yang dimiliki oleh Dinas Kelautan dan Perikanan berupa kapal kayu dan memiliki model yang persis sama dengan kapal penangkap ikan yang dimiliki oleh nelayan. Hal ini merupakan strategi karena dengan model kapal yang sama dengan perahu nelayan, maka para pelaku pemboman dan pembiusan ikan tidak menyadari datangnya kapal pengawas apabila mereka melaksanakan aktifitas penangkapan illegal.

Patroli pengawasan terhadap sumber daya kelautan ini memiliki peranan penting, karena berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan tingkat kerusakan terumbu karang sudah mencapai 70 % atau hanya sekitar 20 % saja dalam kondisi baik dan 10 % dalam kondisi sangat baik. Jika ini dibiarkan berlanjut maka bukan tidak mungkin kedepan ekosistem terumbu karang akan rusak secara total, yang tentunya akan berdampak pada punahnya ekosistem dan sumber daya ikan juga akan berdampak pada kerusakan pesisir seperti abrasi.
Dari sekian kali aktifitas patroli yang dilaksanakan, tim sudah seringkali melalukan penangkapan, hal ini menjadi pertanda bahwa aktifitas pemboman dan pembiusan ikan masih marak. Adapun aktifitas penangkapan para Illegal Fisher dapat dilihat pada gambar dibawah :





 









Gambar 4.7.  Penangkapan Pelaku Pemboman Ikan di Pulau Liukang Loe












4.2. Fasilitas Bidang Perikanan Budidaya
 



a.    Balai Benih Ikan (BBI)
Sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan benih ikan air tawar di Kab. Bulukumba, maka pada Tahun  2003 dibangun Balai Benih Ikan di Tanete Kec. Bulukumpa. Lokasi ini dipilih karena Bulukumpa merupakan sentra pengembangan air tawar sehingga para pembudidaya di kawasan ini akan dengan mudah mengakses bibit ikan air tawar pada saat dibutuhkan.
Selain itu pada lokasi pembangunan BBI ini terdapat sumber mata air yang memadai sehingga menjamin keberlangsungan pembibitan bahkan pembesaran di areal BBI. Secara tahunan BBI ini sudah berhasil memberi konstribusi Pendapanan Asli Daerah (PAD) berkisar 10 juta / tahun. Secara matematis nilai ini masih sangat kecil bila dibandingkan dengan produksi benih dan potensi yang ada, namun pembangunan BBI ini memang didirikan bukan bertujuan sebagai mesin penghasil PAD melainkan  sebagai alat dalam memenuhi kebutuhan benih ikan air tawar. Dengan terpenuhinya kebutuhan bibit maka kesejahteraan masyarakat bisa terangkat.
 











Gambar 4.8.  Balai Benih Ikan (BBI) Tanete
b.    Pasar Benih Ikan (PBI)
Benih ikan air tawar yang dihasilkan BBI selanjutnya akan dipasarkan ke masyarakat, namun untuk memasarkan benih ini tentu memerlukan wadah khusus dalam memudahkan pemasarannya, jika hanya mengandalkan kolam yang ada di BBI maka nantinya benih ikan akan sukar dipasarkan karena harus ditangkap terlebih dahulu, selain itu kolam pembenihan akan terganggu jika benih ikan yang belum laku dipasaran. Oleh karena itu diperlukan sebuah bangunan pendukung dengan membangun Pasar Benih Ikan (PBI). PBI ini dibangun di Kec. Rilau Ale. Lokasi ini cukup strategis karena bisa melayani kebutuhan benih di wilayah sekitarnya seperti Kec. Gantarang, Kec. Ujung Bulu bahkan Kec. Kindang.
 











Gambar 4.9.  Pasar Benih Ikan (PBI) Kec. Rilau Ale


BAB V. PENUTUP
 



1.    Kesimpulan
a.    Potensi kelautan dan perikanan Kab. Bulukumba sangat besar  dimana panjang garis pantai sepanjang 128 Km dengan jumlah pulau 2 (Dua) Buah.
b.    Selain dari potensi kelautan dan pesisir Bulukumba juga kaya akan potensi perikanan budidaya payau dan air tawar.
c.    Kondisi sarana dan prasarana perikanan cukup lengkap namun tidak semua kondisi sarana dan prasarana berada dalam kondisi baik
2.    Saran
Untuk memaksimalkan pemanfaatan potensi kelautan dan perikanan diperlukan upaya promosi yang intensif untuk mengundang investasi.
























SAMBUTAN
 


            Investasi merupakan salah satu kata kunci dalam mengakselerasi pembangunan daerah. Pembangunan ini harus ditopang pertumbuhan ekonomi di setiap aspek untuk menjamin cash flow di masyarakat tetap terjaga, pencapaian pertumbuhan ekonomi yang kuat juga akan menjamin daya beli masyarakat, sehingga pertumbuhan disegala aspek pasti akan tercapai pula.
            Namun demikian, bukan hanya pertumbuhan yang harus dikejar, namun pertumbuhan yang berkeadilan jauh lebih penting, karena pertumbuhan yang tidak berkeadilan biasanya hanya akan dinikmati oleh golongan atas saja, sementara golongan bawah seperti nelayan dan pembudidaya ikan tidak mampu mengambil manfaat dari pertumbuhan yang diperoleh.
Untuk itu perlu perhatian khusus terhadap Sektor Kelautan dan Perikanan, karena stakeholders yang terlibat didominasi oleh kasta ekonomi pas-pasan. Berbeda jika pertumbuhan itu terjadi di sektor industri dan jasa maka yang menikmati pertumbuhan ekonomi ini akan di dominasi oleh kasta ekonomi tingkat tinggi.
Selain itu sektor kelautan dan perikanan ini merupakan sumber daya yang sangat melimpah di daerah ini, dimana diantara 10 (sepuluh) kecamatan yang ada, 7 (tujuh) diantaranya merupakan wilayah pesisir dengan garis pantai yang membentang sepanjang 128 Km atau merupakan salah satu Kabupaten yang memiliki garis pantai terpanjang di Sulawesi Selatan. Dari aspek budaya Kab. Bulukumba juga sangat identik dengan kemaritiman, terbukti dengan adanya industri rakyat Phinisi yang bertahan ratusan tahun dan tetap eksis hingga kini.
Menyadari pentingnya pembangunan di aspek ini, maka melalui Buku Profil Kelautan dan Perikanan TA. 2013 ini diharapkan dapat mengekspose potensi yang ada dan diharapkan kedepan dapat menarik investasi masuk di daerah ini.
Bulukumba,    Desember 2013





KATA PENGANTAR
 



            Hanya Puja dan Puji yang bisa kami panjatkan kepada Allah SWT, karena tentu atas izin dan petunjuk-NYA buku Profil Kelautan dan Perikanan 2013 ini dapat terselesaikan meski perampungan penulisannya berada di akhir-akhir waktu.
            Keberhasilan pembangunan suatu daerah ditentukan oleh perencanaan yang matang, proses perencanaan ini harus dilaksanakan secara sistematis, dimana pelaksanaan kegiatan harus berdasarkan potensi dan kesesuaian kebutuhan daerah. Tidak jarang kita peroleh bahwa sebuah proyek daerah berakhir dengan kegagalan atau tidak bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Kejadian seperti ini tentu akibat belum adanya kajian potensi dan analisis kebutuhan sehingga program dan kegiatan yang muncul hanya kebutuhan sesaat bahkan tidak hadir melalui proses kalkulasi yang matang.
            Untuk menghindari kejadian serupa, diperlukan sebuah pendataan konfrehensif yang menyajikan tidak hanya data mentah melainkan melalui proses analisis sehingga permasalahan dan segala kendala yang dihadapi tahun sebelumnya bisa diatasi secara ilmiah.
            Berdasar pada hal ini Dinas Kelautan dan Perikanan pada TA. 2013 melaksanakan kajian untuk menyusun Buku Frofil yang diharapkan bukan hanya menyajikan potensi kelautan dan perikanan, namun juga mengulas tentang bagaimana menemu kenali masalah kemudian bagaimana menyelesaikannya.
Bulukumba,  Desember 2013
Kasubag Program


Yusli Sandi,S.Kel,M.si








TIM PENYUSUN
BUKU PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN 2013
 




1.    Penanggung Jawab : Drs. H. Muh. Sabir
2.    Ketua Panitia                        : Ir. Nasaruddin
3.    Sekretaris                  : Yusli Sandi,S.Kel,M.Si
4.    Anggota                     : 1. Muhammad Hanis,S.Pi
   2. Hasmauna,S.Pi


























1 comment:

  1. assalamualaikum....bisa minta sumber data mengenai kondisi fisik pulau liukang loe?mohon bantuannya

    ReplyDelete