Friday, August 26, 2022

BUPATI BULUKUMBA BERCENGKERAMA DENGAN MASYARAKAT

 


Pada hari rabu tanggal 24 Agustus 2022 kemarin Bupati Bulukumba bertemu langsung dengan masyarakat nelayan dan pembudidaya rumput laut di PPI Bonto Bahari. Unsur nelayan yang hadir berupa pengepul, pengecer dan nelayan itu sendiri, sementara dari pembudidaya rumput laut juga dihadiri oleh pengepul, pengolah, dan pembudidayanya. Target awal peserta hanya 100 (seratus) orang namun karena tingginya antusias dari masyarakat peserta membengkak menghampiri 150 (seratu lima puluh) orang. Acara ini sendiri tidak masuk dalam rencana APBD, namun karena kepedulian Bapak Bupati Bulukumba terhadap berbagai perisitiwa dan fenomena yang menimpa nelayan & pembudidaya saat ini maka beliau berinisiatif untuk melaksanakan pertemuan meskipun dengan cara yang sederhana.

 

Sponsored By: KLA BIOTIK

Salah satu yang menjadi keprihatinan beliau adalah terjadinya konflik antar nelayan, menurut beliau penyebabnya adalah kurangnya ikan di perairan laut sehingga fishing ground semakin berkurang sebagai akibat dari terus berkurangnya terumbu karang. Untuk itu diperlukan langkah-langkah untuk meningkatkan kembali populasi ikan baik itu perairan di sekitar Bulukumba maupun disekitar Bantaeng, langkah yang paling tepat menurut beliau adalah penyediaan rumpon. Rumpon ini berfungsi sebagai rumah ikan, dengan tersedianya rumah ikan maka schooling (gerombolan) ikan akan bertambah. Inilah yang menjadi dasar kenapa beliau menjadikan program 1.000 rumpon sebagai program prioritas dalam pemerintahannya.

 

Dalam kesempatan ini Bapak Bupati Bulukumba menyoroti rendahnya kualitas hasil tangkapan ikan di Bulukumba dimana berdasarkan pantauan ekSportir di Makassar kualitas maksimal daging ikan tuna yang berasal dari Bulukumba hanya pada standar mutu/grade II (B) dan pada umumnya hanya masuk pada kualitas III (C) bahkan tidak ada sedikitpun hasil tangkapan nelayan yang berhasil mencapai Grade 1 (A). Kurangnya kualitas hasil tangkapan ini tentunya bedampak pada penghasilan nelayan karena harga daging tuna Grade A di kisaran 150 rb – 200 rb/Kg, sementara harga daging grade B sekitar 75rb/Kg, untuk Grade C sekitar 50 rb/Kg dan Grade D hanya 20rb/Kg. Melihat besarnya selisih harga tersebut dengan rata-rata produksi Tuna Bulukumba sebesar 100 Ton/Bulan dengan dominan kualitas hanya Grade C maka selisih harga (kerugian nelayan) tiap bulan sebesar 10 Milyar Rupiah/Bulan. Asumsi potensi  kerugian ini berdasarkan perhitungan sebagai berikut :

100 Ton = 100.000 Kg

Harga untuk Grade A : 100.000 Kg x Rp.150.000 = Rp.15.000.000.000 (15 Milyar Rupiah)

Harga untuk Grade C: 100.000 Kg x Rp. 50.000 = Rp 5.000.000.000 (5 Milyar Rupiah)

Sehingga selisih yang bisa diperoleh oleh nelayan apabila hasil tangkapannya semua memenuhi Grade A sebesar 10 Milyar Rupiah. Kerugian oleh nelayan ini tentu angka yang fantastis dan sangat berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Kemampuan mereka dalam menangkap ikan sebanyak ini harus segera dibarengi dengan kemampuan dalam melakukan penanganan ikan, baik itu penanganan ikan diatas kapal maupun penanganan ikan pada saat penyimpanan dan pengiriman ke eksportir.

Tak lupa juga Bapak Bupati Bulukumba menyoroti rendahnya kualitas bibit rumput laut di Bulukumba, dimana bibit ini sudah lama digunakan sehingga kualitasnya menurun, untuk itu diperlukan perbaikan kualitas bibit agar panen rumput laut bisa meningkat. Hal ini sempat ditanggapi oleh Sekretaris Dinas Perikanan Bulukumba bahwa persoalan yang dihadapi sekarang adalah kurangnya Bibit hasil kultur jaringan yang dihasilkan oleh Balai Benih dari Kementerian KKP, begitujuga pada saat penyaluran bantuan bibit sulit untuk mendapatkan kelompok yang bersedia untuk menjadi Kebun Bibit, kelompok penerima bibit tidak diperbolehkan menjual kering hasil rumput lautnya tapi harus dalam bentuk basah (bibit) agar bibit tersebut tidak habis, namun paradigma masyarakat masih lebih condong untuk mendapatkan hasil secepatnya.

 

Pernyataan Pak Bupati juga ditanggapi oleh Nelayan bahwa rendahnya kualitas hasil penangkapan ikan disebabkan oleh rendahnya pengetahuan nelayan dalam penanganan ikan baik pada masa penangkapan maupun pada tahap pemasaran, begitupula sarana dan prasarana yang dimiliki oleh nelayan sangat terbatas dan diperlukan modal yang besar untuk memenuhi standar tersebut, sarana dan prasarana yang dibutuhkan seperti es, ruang pendingin yang memadai di kapal, Cold Storage di darat dan mobil pengangkut dengan sistem pendingin. Untuk itu mereka meminta untuk diberikan bantuan pengadaan sapra penanganan ikan dimaksud.

 

Setelah mendengar keluh kesah nelayan, Bapak Bupati kemudian menyampaikan bahwa Dinas Perikanan Bulukumba dalam waktu dekat harus segera membuat leaflet/poster cara penanganan ikan baik pada saat tahap produksi maupun pasca produksi dan menyeberkannya ke sentra-sentra nelayan agar tiap hari nelayan bisa membacanya. Begitupula untuk bantuan Bapak Bupati akan berusaha mengakomodirnya dalam APBD 2023 mendatang. Selain itu Dinas Perikanan untuk segera menyebar edaran untuk memastikan jalur-jalur tangkap di laut agar nelayan mengerti dimana mereka bisa menangkap sesuai dengan sarana alat tangkap yang mereka miliki, serta jangan lupa untuk melakukan penelitian terhadap tambak-tambak yang tidak produktif dan laporkan ke saya tutur Bapak Bupati.

No comments:

Post a Comment