Tuesday, January 16, 2024

INDONESIA MASIH JAUH SEBAGAI "POROS MARITIM DUNIA"

 


Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki potensi untuk menjadi Poros Maritim Dunia. Poros Maritim Dunia bertujuan menjadikan Indonesia sebagai negara maritim yang besar, kuat, dan makmur melalui pengembalian identitas Indonesia sebagai bangsa maritim, pengamanan kepentingan dan keamanan maritim, memberdayakan potensi maritim untuk mewujudkan pemerataan ekonomi Indonesia.


Untuk menuju negara Poros Maritim Dunia akan meliputi pembangunan proses maritim dari aspek infrastruktur, politik, sosial-budaya, hukum, keamanan,dan ekonomi. Penegakkan kedaulatan wilayah laut NKRI, revitalisasi sektor-sektor ekonomi kelautan, penguatan dan pengembangan konektivitas maritim, rehabilitasi kerusakan lingkungan dan konservasi biodiversity, serta peningkatan kualitas dan kuantitas SDM kelautan, merupakan program-program utama dalam upaya mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia .

 

Namun menurut Nazruddin salah seraong praktisi perikanan menyatakan bahwa Indonesia masih jauh bicara poros maritim dunia, konektifitas, kesenjangan antar wilayah masih sangat tertinggal, sebut saja penerbangan Jakarta-Dobo membutuhkan biaya sebesar Rp.5.000.000 – Rp.6.000.000, Sementara Jakarta - Eropa hanya Rp.2.000.000, bahkan menurutnya penerbangan JKT - Singgapura hanya Rp.500.000 an.

 


Nazruddin kemudian menambahkan bahwa untuk ke Pelabuhan Dobo Kabupaten kepulauan Aru Maluku, proses angkut ikan di container reefer dengan Kapal Kargo Temas, Dobo-Surabaya 6 hari perjalanan. Ia mengaku bahwa baru saja melakukan pengiriman 4 kontainer ikan tujuan Dobo- surabaya, Biaya logistik yang dikeluarkan sebesar 55 juta/kontainer, lebih murah ke Asia Timur sekitar 30 juta/kontainer 20 feet.

Selain itu infrastruktur jalan dan fasilitas pelabuhan yang tidak memadai memaksa produsen Unit Pengolahan Ikan (UPI) untuk melakukan pengangkutan ikan dengan mobil truk ke pelabuhan dan di pelabuhan di masukkan di reefer container menyebabkan terjadi efisiensi, keamanan produk tidak terjamin dan biaya logistik yang bertambah.



Tidak hanya sampai disitu pak Nazruddin yang bukan hanya sebagai praktisi perikanan namun sudah lama sangat peduli dengan kondisi kelautan dan perikanan di Indonesia menambahkan bahwa sepertinya isu KTI (Kawasan Timur Indonsia) sudah mulai ditinggalkan, padahal memegang peranan penting untuk menopang pertumbuhan ekonomi  nasional, hilirisasi Nikel di Soroako, Morowali, Halmahera, Rumput Laut, udang intensif di sulsel, IKN di PPU, Tambang emas Freeport, Papua, mereka orang pusat menjadikan ladang pembantaian lingkungan, pemiskinan masyarakat dan kesenjangan pembangunan antar wilayah, peran tokoh² intelektual, cendekiawan KTI tidak  dibutuhkan pemikirannya.

Di akhir pembicaraan beliau mengungkapkan bahwa penguasaan sektor Maritim Indonesia masih tertinggal jauh apabila Penangkapan Ikan Terukur (PIT) dan kuota dibuka untuk Kapal asing maka Industri Perikanan Nasional akan tenggelam karena tidak mampu bersaing dalam harga, kuantitas, kualitas dan tenaga kerja.

No comments:

Post a Comment