Monday, January 1, 2024

PRAKIRAAN GLOBAL MENGENAI PERDAGANGAN IKAN HIAS LAUT YANG MENDORONG PRAKTIK BERKELANJUTAN

Ikan Kardinal Banggai

Setiap tahunnya, 55 juta organisme dijual -- senilai $2,15 miliar secara eceran -- menjadikan perdagangan organisme untuk ikan hias laut setara dengan perikanan global, seperti tuna, dalam hal signifikansi ekonomi.

Makalah yang diterbitkan di Science Advances memperkirakan saat ini terdapat lebih dari 8.000 pengecer di seluruh dunia dan 6,7 juta penghobi kelautan. 

Jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 45 juta pada tahun 2100 berdasarkan peningkatan populasi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dunia.

Spesies yang diperdagangkan untuk ikan hias laut bernilai lebih banyak per kilogramnya, dibandingkan dengan ikan untuk makanan. 

Misalnya, harga rata-rata yang dicapai nelayan untuk perdagangan ikan hias laut adalah $148 per kg, sedangkan tuna hanya  $3 per kg. 

Lebih dari 25 persen spesies laut yang diketahui – termasuk ikan dan organisme bernilai tinggi – ditemukan di terumbu karang. 

Ekosistem ini sangat penting bagi jutaan orang karena menyediakan seperempat dari seluruh ikan yang ditangkap di negara-negara berkembang yang berbatasan dengan terumbu karang. 

Namun, para ilmuwan memperingatkan perdagangan ikan hias laut berada di persimpangan jalan yang disebabkan oleh ancaman perubahan iklim global dan pemicu tekanan lainnya. 

Penulis, Profesor Gordon Watson dari Fakultas Ilmu Biologi Universitas Portsmouth, mengatakan: “Kami tahu bahwa Perdagangan biota untuk akuarium laut memberikan tekanan pada habitat utama, tetapi juga dapat membantu merangsang antusiasme terhadap konservasi laut, dan merupakan sumber pendapatan yang berharga bagi banyak orang dan komunitas. 

“Ikan hias laut adalah cara yang bagus untuk mendidik masyarakat tentang betapa pentingnya terumbu karang bagi planet yang sehat dan produktif.” 

Diperkirakan ada sekitar 500 spesies yang diperdagangkan secara rutin pada perdagangan biota laut untuk akuarium yang terdiri dari 210 ikan dan 296 invertebrata. 

Dua puluh lima spesies diidentifikasi memiliki risiko penangkapan ikan berlebihan yang sangat tinggi, termasuk spesies kerang, kelomang, dan ikan kardinal Banggai yang merupakan spesies ikan asli dari Sulawesi Tengah. 

Laut Sulawesi Indonesia merupakan wilayah yang paling banyak dieksploitasi. 

“Perdagangan Ikan Hias Laut adalah industri yang sangat berharga dan memiliki pengaruh untuk memberikan perubahan, memberikan kerangka kerja bagi nelayan dan pemerintah untuk melindungi terumbu karang, yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada terumbu karang,” tambah Profesor Watson. 

“Namun demikian, kesenjangan data mengenai spesies ikan hias laut menambah tekanan terhadap larangan internasional terhadap perdagangan ini. Itulah kenapa diperlukan penelitian mengisi area abu-abu ini.

” Meskipun ada peningkatan kesadaran akan dampak lingkungan dari perdagangan ikan hias laut, jika tidak ada perubahan, maka perdagangan ikan hias laut akan berubah menjadi industri yang didominasi akuakultur". 

Hal ini akan menyebabkan spesies yang dibudidayakan jauh dari terumbu karang dan komunitas pesisir  yang bergantung pada terumbu karang untuk menopang perekonomian mereka akan beralih ke metode penangkapan ikan yang lebih merusak. 

Profesor Watson mengatakan: "Perdagangan ikan hias laut berada di persimpangan jalan dengan keputusan tata kelola dalam waktu dekat yang sangat penting bagi masa depan secara jangka panjang. Berbagai pilihan ini dapat disaring menjadi pendekatan 'bisnis seperti biasa' atau pendekatan 'positif Ikan Hias Laut'. "  

Studi ini telah menguraikan sejumlah cara agar perdagangan ikan hias laut dapat menjadi lebih berkelanjutan diantaranya sebagai berikut:

  • Penilaian stok spesies yang paling berisiko dan dimasukkan ke dalam pengelolaan stok. 
  • Mecegah kematian pada saat pemeriksaan bea cukai
  • Mendukung program perlindungan dan restorasi terumbu karang setempat

  • Diperlukan struktur tata kelola, yang menyerupai dengan sistem perdagangan ikan tuna

  • Penerapan sistem sertifikasi Fairtrade/MSC 

Akhirnya kami menyimpulkan bahwa masa depan yang 'positif terhadap perdagangan ikan hias laut' dapat dibayangkan, namun memerlukan tindakan nyata terhadap perubahan iklim, pengelolaan berbasis bukti, pendidikan konsumen, insentif praktik berkelanjutan, dan penilaian eksploitasi berlebihan untuk memastikan bahwa perdagangan ikan hias laut menjadi 'kekuatan- untuk kebaikan' dan paradigma perikanan terumbu karang berkelanjutan. 


Ikon Diverifikasi Komunitas


No comments:

Post a Comment